kievskiy.org

Pemprov Jabar Tanda Tangani Nota Kesepahaman Pengembangan Project Thrive

GUBERNUR Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Dinas Kehutanan dan Thrive terkait pengembangan Project Thrive, wirausaha sosial bidang kehutanan, di Gedung Sate Kota Bandung, Minggu 6 Oktober 2019.*/DOK. HUMAS PEMPROV JABAR
GUBERNUR Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Dinas Kehutanan dan Thrive terkait pengembangan Project Thrive, wirausaha sosial bidang kehutanan, di Gedung Sate Kota Bandung, Minggu 6 Oktober 2019.*/DOK. HUMAS PEMPROV JABAR

BANDUNG, (PR).- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Dinas Kehutanan dan Thrive terkait pengembangan Project Thrive, wirausaha sosial bidang kehutanan, di Gedung Sate Kota Bandung, Minggu 6 Oktober 2019.

Agenda tersebut, termasuk Pameran Thrive, dilakukan dalam rangkaian Peringatan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Republik Indonesia-AS. Menurut Emil --sapaan Ridwan Kamil, Project Thrive merupakan contoh yang baik bagi pembangunan berkelanjutan. 

Pasalnya, proyek yang lahir dari kolaborasi Social Corporate Law Society (Socolas), Mongabay Indonesia (situs web asal AS), The Local Enablers (komunitas asal Unpad), IKA SKMA Jabar, dan Dinas Kehutanan Provinsi Jabar ini bisa memajukan ekonomi lokal atau UMKM sekaligus melestarikan kawasan hutan.

"Ini contoh yang baik (dari) sustainable development. Ada isu lingkungan, kehutanan, kemudian masyarakat inklusif warga desa. Ini ekonomi yang bisa membesar," kata Emil.

Project Thrive sendiri bekerja sama dengan pelaku usaha perhutanan sosial Jawa Barat dari 13 kabupaten/kota. Lewat Project Thrive, pelaku usaha bisa mendapat pelatihan dalam bidang pengembangan bisnis, pelabelan dan komunikasi, serta aspek legal dari para mitra Thrive.

Selama enam bulan, lima kelompok usaha penghasil hasil hutan non-kayu terpilih pun telah melakukan pelatihan, replikasi pengalaman, pengembangan pengetahuan dan keahlian, serta kolaborasi lintas generasi dengan para Thrive Coach dan Impact Entrepreneurs binaan The Local Enablers.

Sementara itu, Emil berujar pemerintah Amerika Serikat ikut mendukung karena proyek ini menyangkut persoalan lingkungan yang sudah menjadi persoalan global. Sehingga, pembangunan ekonomi hijau termasuk Project Thrive harus diterapkan di seluruh penjuru dunia.

"Kalau hutan lestari 'kan planet bumi ini lestari, kalau hutan di kita ada kerusakan yang merasa dampak kerugian 'kan bukan hanya di Indonesia, juga negara lainnya," kata Emil.

Pun lima kelompok usaha terpilih penghasil hasil hutan non-kayu itu hingga kini terus berupaya agar produk dan jasa yang ditawarkan bisa menjadi primadona Jawa Barat, Indonesia, dan dunia. Beberapa produk dan jasa yang diangkat antara lain, kopi hutan, madu hutan, mangrove, jamur hutan, sop sayur kering, dan ekowisata.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat