kievskiy.org

Calon Haji Masih Bingung Soal Manasik

SOREANG,(PR).- Peningkatan pelayanan haji dinilai lebih banyak berkutat kepada persoalan fasilitas seperti pemondokan, katering, maupun transportasi. Sedangkan unsur pembinaan manasik haji terabaikan, padahal tak sedikit jemaah haji yang tak tahu manasik saat berada di tanah suci. "Dari pengalaman membimbing jemaah sampai mengawasi pelaksanaan ibadah haji sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ternyata masih banyak jemaah haji Indonesia yang bingung soal manasik haji," kata Ketua Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FKKBIH) Kab. Bandung, KH. Sofyan Yahya, di rumahnya, Jumat 3 Juni 2016. Dia menambahkan, perbaikan pelayanan haji yang dilakukan pemerintah terkesan "mubazir" sebab jemaah haji tiap tahun berganti orangnya. "Jemaah sulit membandingkan antara pelayanan tahun kemarin dengan tahun ini sebab tak merasakan haji tahun kemarin. Apalagi keinginan dan standard tiap jemaah haji berbeda-beda," ujarnya. Kiai Sofyan mencontohkan jemaah haji asal Cigondewah, Kab. Bandung, lebih menginginkan lokasi pemondokan yang dekat Masjidilharam meski kondisi hotelnya kurang baik. "Namun pemerintah menginginkan hotel yang bagus meski jauh dan harus naik bus antar jemput. Sampai kapan pun bila perbaikan haji sebatas pelayanan fasilitas, maka takkan ada puasnya," katanya. Kiai Sofyan juga prihatin dengan makin merosotnya pengetahuan jemaah haji dalam manasik haji sehingga melakukan ibadah sesuai dengan versinya. "Mereka tak memahami manasik dengan benar sehingga akhirnya yang penting beres ibadah. Akhirnya makna dan spirit di balik ibadah tak tergali dengan baik karena sebatas melaksanakan kewajiban," ucapnya. Apalagi di era teknologi komunikasi sehingga lebih banyak jemaah haji yang melakukan foto diri (selfi) di tengah kerumunan tawaf, sai, wukuf, melontar jumrah, maupun ibadah lainnya. "Ketika tawaf sambil selfi lalu disebar ke teman-temannya melalui media sosial. Dulu membawa kamera ke dalam areal Masjidilharam maupun Masjid Nabawi dilarang, namun kini dibebaskan," tambahnya. Hal lebih penting daripada sekadar fasilitas jemaah, kata Kiai Sofyan, adalah melakukan pemantapan manasik haji sehingga jemaah benar-benar memahami pelaksanaan haji. "Sekitar tahun 1980-an manasik haji dengan cara diasramakan sehingga jemaah calon haji benar-benar mantap baik dalam teori maupun praktik manasik haji," ujarnya. Kiai Sofyan mengusulkan agar Kanwil Kemenag Jabar melakukan terobosan dengan memanfaatkan Asrama Haji Bekasi sebagai tempat manasik bagi jemaah calon haji dari kabupaten/kota se-Jawa Barat. "Bisa saja nanti bergantian dan dijadwal. Manasik haji misalnya selama tiga hari dan menginap di Asrama Haji Bekasi sehingga jemaah benar-benar merasaan ruh suasana ibadah haji," katanya. Alokasi anggaran manasik haji di KUA kecamatan bisa dialihkan untuk membiayai manasik haji yang diasramakan tersebut. "Manasik haji di KUA kecamatan juga tak efektif karena hanya sedikit jemaah yang mengikuti. Apalagi manasik hajinya sebatas teori," pungkasnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat