kievskiy.org

Ramai Pengunjung, Lingkungan Forest Walk Babakan Siliwangi Harus Diperhatikan

BANDUNG, (PR).- Keberadaan forest walk di hutan kota Babakan Siliwangi, semakin ramai dikunjungi masyarakat dari dalam dan luar Kota Bandung. Tingginya minat masyarakat melakukan aktivitas di forest walk belum diimbangi dengan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar kawasan.

Hal tersebut disampaikan budayawan yang juga penggerak lingkungan Darmawan Dajat Hardjakusumah, Minggu 11 Februari 2018 terkait dengan kondisi Forest Walk di Hutan Kota Babakan Siliwangi saat ini.

“Seharusnya masyarakat tahu sejarah latar belakang keberadaan hutan kota ini yang dipertahankan masyarakat Kota Bandung yang peduli akan lingkungan saat akan dibangun apartemen. Jangan setelah dibangun fasilitas tidak memeliharanya,” ujar Darmawan Dajat Hardjakusumah, yang dikenal sebagai Acil Bimbo.

Dikatakan Acil, selain didapat dengan tidak mudah, Taman Kota Baksil seluas 3,8 hektar dari luas seluruhnya 9 hektar, menelan biaya (APBD) sangat besar untuk penataannya. “Untuk menata Taman Kota Baksil menjadi seperti (forest walk) sekarang ini dan diresmikan pertengahan Januari (2018) lalu Rp17 milyar, bukan biaya kecil,” ujar Kang Acil yang giat dikegiatan sosial Jaga Lembur dan kegiatan lingkungan Jaga Seke.

Melihat kondisi Hutan Kota Baksil yang setiap harinya dikunjungi tidak kurang dari 5.000 orang dan pada akhir pekan bertambah tiga kali lipat, Acil merasa khawatir. “Saya hanya berpesan kepada pemimpin Kota Bandung yang akan datang untuk penanganan Baksil, jangan hanya mempercantik dengan berbagai fasilitas, tapi jaga kondisi lingkungan kawasan Baksil seperti pohon-pohonnya, hewannya serta yang terpenting seke (mata air),” ujar Acil.

Kenangan saat Babakan Siliwangi dibangun

Hal senada diungkapkan oleh Abah Oteng, dari komunitas Balad Cikapundung, yang mengkhawatirkan kondisi Babakan Siliwangi saat ini. “Waktu ITB membangun sarana olah raga kami sudah merasa keberatan karena hanya menyisakan 3 hektare-an. Itu pun menjadi bagian rumah makan, kini setelah ditata malah lebih mengedepankan aktivitas wisatanya daripada lingkungannya,” ujar Abah Oteng.

Berdasarkan pengetahuannya, kawasan Babakan Siliwangi dari Jalan Tamansari hingga aliran sungai Cikapundung sudah sejak zaman Belanda, ditata untuk dijadikan Green Belt Kota Bandung.

“Saya masih ingat, dulu Babakan Siliwangi, merupakan kawasan persawahan yang dikenal dengan sebutan kawasan Lebak Siliwangi  yang menjadi tempat persinggahan berbagai satwa. Yang terakhir saya masih mendengar dan melihat tupai dan beberapa ekor monyet abu serta burung, setelah ramai entah kemana,” ujar Abah Oteng.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat