BANDUNG, (PR).- Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyebut Konferensi Asia-Afrika atau KAA di Bandung merupakan salah satu rekam jejak baik yang memberikan sumbangsih besar pada diplomasi Indonesia di dunia internasional.
Ia mengajak semakin banyak anak muda untuk menggali dan mempraktikkan nilai-nilai KAA yang dia yakini masih relevan.
Retno menyatakan rasa kagumnya terhadap pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika di Kota Bandung pada 1955 lalu. Republik Indonesia, yang masih berusia 10 tahun dan masih berjuang menghadapi berbagai gejolak dalam negeri, dapat menginisiasi gerakan yang berskala besar.
Saat itu, sebanyak 29 negara, yang memiliki 54 persen dari total penduduk dunia ketika itu, hadir sebagai peserta.
“Semangat Konferensi Asia-Afrika ini masih relevan sampai hari ini. Salah satunya ya penghormatan pada kedaulatan negara lain. Dampak dari konferensi ini masih kita temui sampai sekarang,” tutur Retno di hadapan ratusan anak muda di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Sabtu 14 Juli 2018 siang.
Dijelaskan Retno, gelaran Konferensi Asia-Afrika merupakan salah satu rekam jejak, yang turut menentukan kerja diplomasi Indonesia di kancah internasional. Ia mencontohkan keberhasilan Indonesia menjadi angota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) belum lama ini.
Indonesia terpilih dengan mendapatkan dukungan dari mayoritas anggota PBB, yakni sebanyak 144 dari total 190 negara. Kerja menjadi anggota DK PBB, menurut Retno, sudah menjadi fokus Kementerian Luar Negeri, setidaknya sejak dua tahun lalu. Arti penting Konferensi Asia-Afrika memberikan sumbangan bersama rekam jejak baik lainnya.
“Kita punya beberapa rapor hijau yang membanggakan. Kita ini negera dengan penduduk Muslim terbesar sedunia, tapi sekaligus negara yang beragam,” katanya.
Retno menyatakan, tanggung jawab sebagai anggota Dewan Keamanan PBB tidaklah mudah. Apalagi situasi dunia saat ini yang sangat dinamis. Namun, dia meyakini Indonesia sudah cukup teruji untuk memikul tanggung jawab seperti itu.