kievskiy.org

Siapkah Bandung Menyambut Hujan?

SEJUMLAH pengendara sepeda motor menghentikan laju kendaraannya, karena banjir cileuncang campur lumpur, di Jalan Suparmin, Kota Bandung, Sabtu 22 September 2018. Banjir campur lumpur terbawa saat aliran air meluap akibat hujan deras yang terjadi di kawasan tersebut.
SEJUMLAH pengendara sepeda motor menghentikan laju kendaraannya, karena banjir cileuncang campur lumpur, di Jalan Suparmin, Kota Bandung, Sabtu 22 September 2018. Banjir campur lumpur terbawa saat aliran air meluap akibat hujan deras yang terjadi di kawasan tersebut.

MUSIM hujan sudah di depan mata. Selain berkah, hujan juga membawa dampak lain bagi ­warga di Bandung yang ­secara geografis berbentuk ­cekungan. ­Warga harus sudah siap dengan risiko dikepung banjir.

Hingga kini, Bandung belum ­mampu melepaskan diri dari ­permasalahan ­banjir sejak dulu. Siapkah Bandung ­menghadapi musim hujan tahun ini?

Nadiman (60) mendo­ngak. Ia melihat gumpalan awan yang menggelayut di atas rumahnya di kawasan Pagarsih, Kota ­Bandung, Jumat 23 Februari 2018. Meski daerahnya kerap ­dilanda banjir, ia mengaku tak mengkha­watir­kan hujan deras di daerahnya.

Nadiman hanya khawatir jika hujan besar melanda wilayah utara Bandung. Kejadian terakhir enam bulan lalu. Dinding ru­mahnya jebol oleh air bah di Sungai Citepus. Televisi, pemutar VCD, meja, pakaian, dan beberapa barang lainnya hanyut.

Matahari terik tidak menjamin kawasan langganan banjir itu aman. Warga Pagarsih dan Ci­ba­­dak sudah terbiasa menerka hujan dari utara Bandung. Jika di wilayah utara hujan, warga bersiap menyambut ­kiriman air melalui Sungai Citepus yang berada di wilayah itu.

Air kiriman dari utara Bandung mampu menenggelamkan rumah warga sekitar Pagarsih. Itu sebabnya, hampir semua rumah di gang sempit di RT 2 RW 7 Kelurahan Ci­badak, Kecamatan Astana­anyar, Kota Bandung memiliki dua lantai. Pada musim ­banjir, sebanyak 200 ke­luarga di wilayah itu biasanya rutin meng­angkut ba­rang-barang di lantai sa­tu dan mulai men­diami lantai atas hingga banjir surut.

Kekhawatiran serupa dirasakan warga Bandung timur. Kawasan Gedebage menjadi langganan limpasan air dari ­Sungai Cinambo. Air tak hanya menggenangi perumahan warga, tetapi juga memutus arus lalu lintas hingga terjadi kemacetan luar biasa. Sistem tol air yang dibangun di sana tak berfungsi optimal.

Derita yang sama terjadi di wilayah Kecamatan Mandalajati dan Arcamanik. Jalanan Cicaheum yang padat pun menjadi lautan lumpur tebal dan melumpuhkan jalur transportasi. Peristiwa yang dikenal sebagai ”Banjir Cicaheum” itu adalah titik bencana baru dengan skala yang besar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat