kievskiy.org

Lebih dari 50% Desa di Kabupaten Bandung Dinyatakan Rawan DBD

ILUSTRASI demam berdarah.*/DOK PR
ILUSTRASI demam berdarah.*/DOK PR

SOREANG, (PR).- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung mencatat kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah tugasnya selama tiga pekan Januari 2019 mencapai 211 kasus. Meskipun belum genap sebulan, angka itu sudah melebihi kejadian selama periode Januari 2018 yang hanya sekitar 189 kasus.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Kabupaten Bandung Deni Jaeni, sebelumnya tercatat hanya sekitar 67 kasus terhitung 1-21 Januari 2019. "Namun setelah mendapat laporan, dari RSUD Al Ihsan ada 144 kasus, sehingga jumlah total mencapai 211 kasus," ujarnya kepada wartawan, Selasa 22 Januari 2019.

Kasus tersebut, kata Deni, tersebar di puluhan desa se-Kabupaten Bandung. Namun hingga saat ini, belum ada laporan jatuhnya korban jiwa. Deni menambahkan, jumlah kasus pada tiga pekan pertama Januari 2019, 11,76 persen dari total kasus selama 2018. Ia melansir bahwa pada 2018 secara keseluruhan terjadi 1.794 kasus DBD yang merengut 11 korban meninggal dunia.

Menurut Deni, korban meninggal pada 2018 disebabkan oleh lambatnya penanganan terhadap korban yang terjangkit. "Alhamdulillah sejauh ini penanganan yang relatif lebih cepat membuat korban jiwa bisa dicegah. Mudah-mudahan ke depannya tidak ada korban jiwa seperti tahun lalu," ucapnya.

Deni pun berharap masyarakat untuk tidak meremehkan jika melihat gejala DBD pada keluarga mereka. Ia berharap keluarga segera membawa terduga korban ke Puskesmas atau pusat pelayanan kesehatan terdekat lain jika mengalami demam selama dua hari.

Terkait daerah rawan, Deni melansir bahwa ada 176 desa yang harus mendapat perhatian khusus. Artinya sekitar 62,85 persen atau lebih setengah dari total 270 desa dan 10 kelurahan di Kabupaten Bandung dinyatakan rawan DBD.

Meskipun demikian, Deni menilai bahwa desa-desa yang bukan endemik pun tetap harus waspada. Soalnya desa endemik tersebar merata hampir di seluruh kecamatan. 

"Kasus DBD tersebar hampir di setiap kecamatan. DBD juga terjadi hampir setiap bulan karena penyakit ini tidak mengenal musim atau siklus. Jumlah kasus terbanyak biasanya terjadi pada periode Desember-Januari setiap tahunnya," kata Deni.

Oleh karena itu, Deni berharap masyarakat lebih waspada karena di awal tahun ini jumlah kasus DBD bisa terus meningkat. Terlebih selain faktor cuaca, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat juga bisa menjadi pemicu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat