kievskiy.org

Sejarah Gedung Merdeka Bandung, Markas Elite Eropa hingga Konferensi Asia-Afrika

Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung.
Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. /Pikiran Rakyat/Marsa Dhia Adilah

PIKIRAN RAKYAT - Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, awalnya dikenal dengan nama Societeit Concordia. Gedung ini didirikan pada tahun 1895 ini sebagai tempat berkumpul komunitas elite Eropa, terutama Belanda yang tinggal di Bandung dan sekitarnya.

Pada masa ini, gedung tersebut menjadi pusat sosial dan rekreasi yang eksklusif. Hampir setiap minggunya, ada berbagai acara sosial dan budaya diadakan di dalamnya.

Pada tahun 1921, gedung ini direnovasi besar-besaran oleh arsitek ternama asal Belanda, C.P. Wolff Schoemaker. Dia mengadopsi gaya Art Deco untuk membuat gedung ini lebih modern dan terlihat mewah. Setelah renovasi, gedung ini tetap digunakan sebagai tempat pertemuan elite Eropa, sekaligus menjadi simbol kemewahan dan modernitas di Bandung.

Selama pendudukan Jepang, yakni tahun 1942-1945, gedung ini berganti nama menjadi Dai Toa Kaikan. Fungsinya pun berubah menjadi pusat kebudayaan untuk mempromosikan budaya Jepang. Selain itu, bagian kiri gedung digunakan sebagai tempat hiburan dan minum-minum bagi tentara Jepang dan pejabat tinggi lainnya.

Setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945, Gedung Merdeka diambil alih oleh pemuda Indonesia. Mereka mengubahnya menjadi markas perjuangan untuk menghadapi tentara Jepang yang masih ada di Bandung. Sejumlah sumber menyebut gedung ini sempat menjadi tempat aktivitas pemerintahan Kota Bandung yang baru merdeka.

10 tahun berselang adalah titik balik Gedung Merdeka. Tepatnya pada 7 April 1955, nama gedung ini resmi diubah dari Concordia menjadi Gedung Merdeka oleh Presiden Soekarno yang tengah bersiap menyambut Konferensi Asia Afrika. Perubahan nama ini dimaksudkan untuk mencerminkan semangat kemerdekaan dan persatuan yang menjadi tema utama konferensi tersebut.

Konferensi yang digelar 18-24 April 1955 ini dihadiri oleh pemimpin dari 29 negara di Asia dan Afrika. Mereka berkumpul untuk membahas isu-isu global dan mempromosikan kerjasama antarnegara berkembang. Pertemuan ini melahirkan Dasasila Bandung, yang menjadi panduan penting dalam hubungan internasional dan anti-kolonialisme.

Gedung Merdeka Saat Ini

Setelah berakhirnya Konferensi Asia-Afrika, Gedung Merdeka tetap menjadi salah satu gedung bersejarah di Bandung. Saat ini, Gedung Merdeka difungsikan sebagai bagian dari Museum Konferensi Asia-Afrika.

Museum ini menyimpan berbagai artefak, foto, dan dokumen terkait konferensi, dan sering digunakan untuk acara kebudayaan yang menjadikannya simbol penting sejarah diplomasi Indonesia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat