kievskiy.org

Kurir Disabilitas JNE Tetap Semangat dalam Keterbatasan, Bela Timnas dan Raih Beasiswa Kuliah

Pemain Timnas Amputasi Indonesia Sirilus Siko yang juga merupakan kurir disabilitas JNE Surabaya.
Pemain Timnas Amputasi Indonesia Sirilus Siko yang juga merupakan kurir disabilitas JNE Surabaya. /Olah digital Pikiran Rakyat/Irwan Suherman

PIKIRAN RAKYAT - Semangat Sirilus Siko, 23 tahun, tak ada habisnya. Selain aktif bekerja saban hari dan menjadi pesepak bola Timnas Amputasi Indonesia, dia juga bersemangat dalam berkarya, membuat video kesehariannya sebagai kurir dan pesepak bola, lalu diunggah di media sosial.

Pria asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu adalah Ksatria JNE Surabaya, Jawa Timur. Sudah sejak akhir 2023, Rilus—sapaan akrabnya—menjadi kurir. Bersama rekannya, M. Zamroni, menjadi kurir penyandang disabilitas fisik pertama yang direkrut JNE Surabaya melalui program Expressbility.

Perjalanan pria kelahiran 9 Juli 2001 itu menjadi Ksatria JNE cukup panjang, semua bermula dari perjuangannya untuk menggapai cita-cita menjadi pesepak bola. Tak ada klub sepak bola untuk penyandang disabilitas di kampung halamannya menjadi alasan di balik keputusannya mengembara ke Pulau Jawa. Berdasarkan hasil pencariannya di media sosial, cuma ada di Jakarta, Madura, Malang, Jombang, Jember, dan Surabaya. Namun, yang merespons pesannya di Instagram cuma tim dari Surabaya.

Dia menunjukkan keseriusan untuk menjadi pesepak bola dengan berkirim video aktivitas latihannya kepada tim yang dituju. Awal 2023, Rilus diterima salah satu tim sepak bola amputasi. Dia bertolak dari tanah kelahirannya menuju Surabaya dan bergabung dengan tim sepak bola di Kota Pahlawan itu. Kendati pergi dengan modal nekat, saban hari dia berlatih dengan tekun. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya itu sangat yakin, sepak bola akan membawanya ke gerbang kesuksesan.

“Orangtua dan keluarga enggak menyetujui kalau merantau sendiri ke kota besar, apalagi dengan keadaan seperti ini mau merantau,” katanya kepada Pikiran Rakyat, Rabu, 18 Juni 2024.

Semangatnya begitu membara, di tengah aktivitas yang padat, pesepak bola asal Ende itu melanjutkan pendidikan S1 jurusan hukum. Prestasi mengantarkannya mendapat beasiswa dari kampusnya.

Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup di perantauan dan enggan merepotkan keluarga di rumah membuatnya aktif mencari lowongan pekerjaan. Dia tak bisa terus mengandalkan uang dari sepak bola yang tak melulu ada. Pulang membela Timnas Amputasi Indonesia, Rilus sempat membantu bengkel orangtua kawannya di Kediri. Sembari membantu di sana, pelbagai informasi dicari sampai akhirnya menemukan lowongan kerja untuk penyandang disabilitas.

Seusai memasukkan lamaran, tak butuh waktu lama baginya untuk menjadi bagian dari JNE Surabaya. Penggawa Timnas Amputasi Indonesia itu akhirnya menjadi Ksatria JNE. Bekerja dengan keterbatasan fisik, Rilus mesti menggunakan motor matic modifikasi yang dibelinya di Malang dengan harga belasan juta rupiah.

Kendati sibuk dengan aktivitas yang padat, Rilus bisa tetap mencapai target kerja berdasarkan KPI (Key Performance Indicator) perusahaan. Capaian kinerjanya bahkan sama dengan kurir nondisabilitas. Learning Development Staff JNE Surabaya M. Mizan Zulmi bahkan mengatakan kalau selama ini kinerja Rilus memuaskan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat