kievskiy.org

Ribuan Kafe Jamu Segera Dibuka

JAKARTA, (PR).- Jamu yang merupakan minuman berkhasiat bagi kesehatan dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia sejak dulu kala kini kembali terancam diklaim Malaysia. Oleh karena itu, harus ada upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh pemangku kepentingan agar jamu tetap menjadi kekayaan Indonesia, bukan negara lain. "Ini harus diwaspadai. Kita harus segera mengantisipasinya dengan cepat dan tepat. Jika terlambat maka bisa terjadi sesuatu yang tidak diharapkan," kata Direktur Utama PT Sido Muncul, J Sofjan Hidayat dalam wawancara khusus di Jakarta. Menurut Sofjan, indikasi diklaimnya jamu Indonesia sudah sangat jelas. Saat ini, sejumlah perusahaan jamu asal Indonesia sudah berganti kepemilikan, antara lain Singapura, Hongkong, Tiongkok, melalui aksi korporasi berupa pembelian saham. Malaysia berusah merebut jamu Indonesia melalui warganya yang di antaranya berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, Sofjan sebagai salah satu produsen jamu berupaya keras menjaga kelestarian kekayaan Indonesia dengan membuka kafe jamu di seluruh wilayah Indonesia. Kafe jamu juga menjadi jalan untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Di tengah perekonomian yang tidak pasti, perusahaan jamu nasional PT Sido Muncul membuka lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat dengan mengembangkan ribuan kafe jamu di berbagai daerah. Upaya ini juga bertujuan memasyarakatkan jamu dan melestarikan budaya bangsa. Menurut Sofjan, upaya itu didukung PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) selaku kreditor bagi pengelola kafe jamu. "Dengan bunga KUR hanya 9 persen atau 0,75 persen, cukup rendah. Usaha ini bisa menghasilkan minimal Rp 4-5 juta per bulan," katanya. Sofjan menyatakan, masyarakat bisa membuka kafe jamu di mana saja. "Kita harus menghapus anggapan bahwa jamu itu pahit. Terbukti dengan berbagai temuan dan teknologi maju didapatkan cita rasa yang manis dan menyegarkan. Belum lagi, jamu itu berkhasiat untuk kesehatan," ujarnya. “Ide itu muncul dari mimpi kami membuka lapangan kerja bagi Indonesia. Selama 3 tahun belakangan saya lihat banyak tukang seduh jamu pindah profesi karena mereka merasa tidak untung jual jamu. Makanya, kami buat kafe biar image jamu pahit itu hilang, bahwa jamu itu enak dan nilainya bertambah,” kata Sofjan. Ide Sido Muncul itu mendapat dukungan perbankan. Senior Eksekutif VP bidang UKM dan Consumer Banking BRI Supari menyatakan, selain memberikan dukungan pinjaman mikro dengan plafon maksimal Rp 25 juta melalui KUR, BRI siap memasangkan tim laku pandai (agen BRILink) untuk menjemput distributor jamu yang akan membuka kafe jamu. “Jangankan 20 ribu pengusaha, satu juta pun kami siap. Memang potensinya ini besar, dari satu desa, ada 4-5 pedukuhan masing-masing 500 kepala keluarga. Kami utamanya siapkan mereka fasilitas modal kerja, sekitar Rp 1-5 juta saya kira cukup. Kemudian untuk investasi termasuk meja dan alat jamunya. Dengan bunga KUR 9 peren ini sangat terjangkau,” kata Supari. Ditambahkan, jika ada beberapa kelompok-komunitas penjual jamu yang belum layak dilayani perbankan dengan persyaratan lebih ketat, pihaknya menyediakan kredit kemitraan yang lebih mudah diakses. “Setelah usahanya ada nilainya baru bisa pakai KUR yang syaratnya sangat mudah, cukup surat keterangan usaha dari RT/RW setempat dan pernah berusaha minimal selama enam bulan,” kata Supari. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat