kievskiy.org

25 Persen Limbah Plastik Ditargetkan Masuk Industri Daur Ulang

KASIR memberikan barang milik pembeli di salah satu toko ritel di Jakarta, Jumat, 27 April 2019.*/ANTARA
KASIR memberikan barang milik pembeli di salah satu toko ritel di Jakarta, Jumat, 27 April 2019.*/ANTARA

JAKARTA, (PR).- Kementerian Perindustrian menargetkan menargetkan jumlah limbah plastik yang dapat didaur ulang pada tahun 2019 ini bisa menyentuh hingga 25 persen. Angka itu naik dua kali lipat lebih dari rata-rata limbah plastik yang didaur ulang pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 10 persen.

“Jadi, industri daur ulang ini akan kami terus dorong. Beberapa industri di dalam negeri sudah bisa melakukan proses daur ulang. Sebenarnya daur ulang ini tidak hanya dilakukan untuk plastik, tetapi juga kertas dan aluminium. Plastik itu bukan sampah, tetapi raw material (bahan baku),” ujar Airlangga di Jakarta, Selasa, 18 Juni 2019.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Kementrian Perindustrian terus mendorong peningkatan nilai tambah terhadap limbah plastik dan kertas melalui peran industri daur ulang. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi impor bahan baku berupa plastik dan kertas. Kebutuhan dua komoditas tersebut masih sangat tinggi bagi penopang proses poduksi berbagai sektor industri di Indonesia.

“Misalnya kertas, salah satu produk yang dihasilkan dari kayu ini sedang dibatasi penggunaannya, sehingga dibutuhkan industri recycle paper. Sekarang, hasil industri recycle paper ini mendapatkan apresiasi dari sektor lainnya seperti perusahaan consumer goods yang mengutamakan bahan baku daur ulang,” kata dia.

Begitu juga dalam memenuhi kebutuhan bahan baku plastik membutuhkan industri petrokimia. Namun pembangunan fasilitas tersebut membutuhkan waktu lama.

“Paling tidak, setelah peletakan batu pertama, dibutuhkan tiga tahun untuk pabrik itu bisa berproduksi.  Itulah sebabnya kita dorong industri daur ulang untu solusi dalam waktu dekat. Investasi industri ini juga jauh lebih murah,”ujarnya.

Meksipun demikian, Kementrian Perindustrian berkomitmen untuk memacu tumbuhnya industri petrokimia di dalam negeri. Hingga saat ini, sudah ada tiga perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan sektor industri petrokimia di Indonesia, yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., Lotte Chemical Titan, dan Siam Cement Group (SCG).

“Mereka akan memproduksi kebutuhan bahan baku kimia berbasis nafta cracker di dalam negeri. Sehingga nanti kita tidak perlu lagi impor," kata Airlangga.

Airlangga menambahkan, konsep ekonomi berkelanjutan dinilai mampu berkontribusi besar dalam menerapkan pola produksi yang sesuai dengan tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). “Industri manufaktur berperan penting dan memberikan dampak yang luas dalam mewujudkan circular economy di Indonesia,” ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat