BANDUNG, (PR).- Ekspor komoditas kopi Indonesia, khususnya Jawa Barat masih sangat berpeluang untuk ditingkatkan. Saat ini dari sekitar 600-700 ton kopi yang dihasilkan baru sekitar 50-60% kopi yang diekspor. Padahal, dari sisi kualitas, kopi yang dihasilkan petani tanah air sangat baik dan telah diakui di level dunia.
Ketua Dewan Kopi Nasional Anton Apriyantono mengatakan, secara historis kopi Jabar telah terkenal sejak lama dengan nama Preanger. Bahkan, jika di dunia telah dikenal kopi Java maka sebetulnya merupakan kopi asal Jabar.
Sehingga, sangat memungkinkan bagi Jabar untuk mengembalikan kejayaan komoditas kopinya. Apalagi sejak beberapa tahun lalu, sejak era gubernur Ahmad Heryawan, telah cukup banyak bibit kopi yang disebar untuk ditanam.
“Mulai tahun ini akan terlihat hasilnya, mulai panen. Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan dan mengembangkan lebih lanjut kopi Jabar ini sangat bagus, termasuk untuk mendukung ekspor ke banyak negara,” katanya yang ditemui disela Pembukaan West Java Specialty Coffee (WJSC) 2019 di Trans Studi Mall, Bandung, Jumat, 1 November 2019.
West Java Specialty Coffee Festival 2019 diselenggarakan pada tanggal 1-2 November 2019 di Trans Studio Mall Bandung. Tahun ini, kegiatan dilesenggarakan dengan berkolaborasi dengan Specialty Coffee Association of Indonesia dan Asean Coffee Federation (ACF).
Meski tidak mengingat secara detil kinerja ekspor kopi Jabar, Anton menuturkan, secara umum Indonesia merupakan produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Meski secara volume belum besar, tapi secara kualitas kopi Indonesia, khususnya Jabar sangat baik.
“Makanya dengan berbagai upaya yang dilakukan kita harapkan tidak hanya dari sisi kualitas juga akan meningkatkan kuantitas, khususnya produktivitas dengan penanaman baru yang dilakukan,” katanya.
Ketua Specialty Coffee Association of Indonesia Syafrudin menambahkan dengan kolaborasi menjadi kunci penting untuk mengembangkan dan memajukan kopi specialty Jabar. Dengan kolaborasi yang dilakukan diharapkan akan memberikan pengalaman lebih ke petani kopi Jabar untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas produknya, termasuk bagaimana memasarkannya.
“Dari dalam sistem specialty, semua benar-benar diolah dari hulu ke hilir secara baik,” katanya.