kievskiy.org

BTS Gunakan Konten Hak Cipta sebagai Alat Diplomasi dan Gerakan Sosial Korsel

BTS gunakan konten hak cipta sebagai alat diplomasi dan gerakan sosial Korsel.
BTS gunakan konten hak cipta sebagai alat diplomasi dan gerakan sosial Korsel. /Reuters

PIKIRAN RAKYAT - Pada tahun 1998 pada saat begitu banyak negara di dunia diterpa krisis ekonomi, Pemerintah Korea Selatan, justru membuat langkah tak terduga. Mereka aktif mempromosikan konten Hak Cipta drama Korea, film, dan musik pop sebagai salah satu formula solusi krisis, yang belakangan dikenal dengan 'Korean Wave'.

Bahkan ternyata dampaknya sangat luar biasa yang kita bisa saksikan hingga saat ini. Mereka memang melakukan investasi ekonomi tetapi hasilnya menjadi gerakan sosial dunia dan diplomasi budaya.

Berikut diungkapkan oleh Guru Besar Universitas Padjajaran Prof Dr Ahmad M Ramli, dalam keterangan yang diterima Pikiran Rakyat, pada Kamis, 5 Mei 2022.

Baca Juga: Denise Chariesta Tuding Media Zein Lalukan Penipuan Pembelian Tas Palsu Sebesar Rp246 Juta: Korbannya Banyak

Berkat upaya ini, maka perlahan tapi pasti, menurut Ramli masyarakat dunia, tidak terbatas hanya kaum milenial bahkan  Ibu-ibu rumah tangga, mulai tertarik untuk mencoba makanan khas Korea, liburan ke Korea Selatan dan membeli beragam merek rumah tangga produk mereka.

"Fenomena budaya pop ini dikenal sebagai 'Hallyu'," katanya.

Di Indonesia pun kata dia, juga sama, t-shirt, baju-baju model artis Korea, peralatan rumah tangga, ponsel, menjadi bagian yang terdampak. 

Baca Juga: Alasan Psikologis Mengapa Pantai Jadi Tempat Favorit Saat Liburan, Berikut Penjelasan Pakar

"Bahkan paket BTS meal yang hanya bisa dipesan lewat 'drive thru dan ojol menyebabkan driver ojol mengantre berjam-jam. Ini semua menunjukan suksesnya sebuah 'soft power' dunia yang diciptakan Pemerintah Korsel," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat