kievskiy.org

Sejarah Malam 1 Suro, Momen Sakral bagi Masyarakat Jawa

Ilustrasi Malam 1 Suro.
Ilustrasi Malam 1 Suro. /Pexels/brenoanp

PIKIRAN RAKYAT - Malam 1 Suro menandai tahun baru berdasarkan kalender Jawa.

Kalender Jawa pertama kali diterbitkan oleh Raja Mataram, Sultan Hanyokrokusumo yang mengacu pada penanggalan Hijriyah dalam Islam.

Dalam penanggalan Jawa, bula Sura atau Suro dihitung berdasarkan penggabungan kalender lunar (Islam), kalender matahari (masehi), dan Hindu.

Dalam penanggalan Jawa, terdapat dua sistem perhitungan yakni mingguan yang terdiri dari 7 hari dan pasaran yang terdiri dari 5 hari.

Baca Juga: WASPADA! 4 Weton Ini dalam Bahaya saat Malam 1 Suro, Apa yang Harus Dilakukan?

Selain itu, ada pula siklus windu yakni 8 tahun, atau yang menjadi urutan tahun Jawa ke-8 (jimawal) yang jatuh pada tanggal 1 Suro, dan berselisih satu hari lebih lambat dari 1 Muharram dalam kalender Islam.

Dilansir dari laman Peta Budaya Kemendikbud, 1 Suro biasanya diperingati pada malam hari setelah maghrib. Hal ini karena pergantian hari pada penanggalan Jawa dimulai saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.

Selain itu, 1 Suro memiliki banyak pandangan di mata masyarakat Jawa. Hari ini dianggap keramat, terlebih bila jatuh pada Jumat Legi. Bahkan sebagian masyarakat dilarang pergi ke luar rumah pada Malam 1 Suro.

Ada pula ritual tradisi iring-iringan rombongan masyarakat atau kirab. Kebanyakan daerah di Jawa merupakan tempat berlangsungnya perayaan Malam 1 Suro. Misalnya di Solo, perayaan Malam 1 Suro turut dimeriahkan dengan hewan khas yang di sebut Kebo (Kerbau) Bule.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat