kievskiy.org

Film Horor Indonesia Eksploitasi Agama, Beda dengan Film Horor Korea

Ilustrasi film horor Indonesia.
Ilustrasi film horor Indonesia. /Pixabay/maraisea

PIKIRAN RAKYAT - Film Kiblat, film horor Indonesia, menuai kritikan. Pelbagai pihak mengomentari film yang dibintangi Yasmin Napper itu, salah satunya sineas sekaligus sutradara kondang Gina S. Noer.

Gina menilai, film-film horor Indonesia yang tayang belakangan ini sudah masuk ranah eksploitasi agama, terutama Islam. Kebanyakan menggunakan ritual peribadatan untuk menjadi plot devices murahan.

"Kebanyakan film horor menggunakan salat, doa, zikir, dan lain-lain cuma jadi plot devices murahan untuk jumpscare karakternya diganggu setan," katanya via Instagram.

Sehingga, menurutnya, kelemahan iman bukan lagi menjadi eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal, tapi cara dangkal biar cepat seram. Dia pun membandingkannya dengan film horor Korea Selatan, Exhuma, yang baru saja tayang.

Film Kiblat, film Indonesia dengan genre horor.
Film Kiblat, film Indonesia dengan genre horor.

Gina menyukai film tersebut lantaran karakter utama dalam film tersebut mempunyai keyakinan yang menjadi modal untuk melawan iblis atau setan. Bahkan, kepercayaan si karakter utama kemudian menjadi titik tolak untuk bicara soal nasionalisme Korea.

Baginya, adegan seram yang melibatkan ritual ibadah dapat berdampak buruk kepada penonton, lantaran tak sedikit yang mengaku takut untuk mendirikan salat seusai menyaksikan film tertentu.

"Apalagi konteks tingkat literasi masyarakat kita. Tanggung jawab filmmaker bukan cuma balikin investasi tapi juga impact ke kebudayaan," katanya lagi.

Reaksi keagamaan

Pemain Makmum 2, Titi Kamal.
Pemain Makmum 2, Titi Kamal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat