kievskiy.org

5 Hal untuk Membuat Indonesia Lebih Damai

KEUTUHAN Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali terusik. Bukan karena ancaman negara luar, tapi pertentangan di dalam negeri menjadi penyebabnya. Merebaknya berita-berita yang saling menghujat, saling merendahkan, hingga mempertajam perbedaan semakin terasa. Bhinneka Tunggal Ika kini dipertaruhkan.

Untuk mempertahankan keutuhan negeri ini, sebenarnya ada lima poin yang dapat dilakukan bersama. Berikut adalah lima poin tersebut:

1. Stop Membagikan Berita Hoax
Hoax (berita bohong) adalah kebohongan publik yang disebarkan melalui berbagai media informasi, baik cetak maupun online. Banyak oknum tak bertanggung jawab yang senang menyebarkan hoax, entah karena ingin menjatuhkan nama seseorang, ingin membuat rakyat ribut, atau ingin mencari uang. 

Berkat kemajuan teknologi, keberadaan media sosial dan sikap masyarakat Indonesia yang superaktif dalam media sosial (lihat saja fenomena "Om Telolet Om" dan "Fitsa Hats"), hoax dengan mudah menyebar ke seluruh penjuru negeri. Setiap kali ada berita yang mengandung kontroversi dimuat pada Facebook, pasti banyak sekali jumlah share dan komentarnya. Tak jarang banyak pengguna Facebook saling bertengkar melalui kolom komentar, masing-masing mengutarakan pendapat sambil disisipi kata-kata tak mengenakkan.

Saat Anda melihat berita yang isinya menghasut, kontroversial, membawa-bawa nama agama, SARA, dan lain-lain, Stop! Jangan terbawa emosi. Cek dahulu apakah berita tersebut benar atau tidak sebelum membagikan artikel itu kepada teman-teman Anda. 

Tahukah Anda, setiap 100.000 klik, oknum yang membuat hoax tersebut bisa meraih Rp 1,3 juta? Saat sumber hoax mendapat banyak keuntungan, hampir tak ada keuntungan yang didapat oleh penyebarnya. Yang jelas, siapapun si penyebar berita hoax dapat tergolong sebagai salah satu provokator terjadinya kericuhan di Indonesia.

2. Saling Menyayangi tanpa Melihat Latar Belakang SARA
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Malaysia, banyak yang bertanya apakah saya keturunan Tionghoa. Jawaban saya? "I’m an Indonesian", saya orang Indonesia, walaupun benar saya keturunan Tionghoa.

Fenomena itu berbeda dengan di Malaysia yang penduduknya terbagi menjadi tiga ras yaitu Melayu, Tionghoa, dan India. Orang-orang di Malaysia memperkenalkan diri mereka berdasarkan ras/suku mereka, kecuali ketika mereka ditanya mengenai tempat asal, baru mereka menjawab dari Malaysia. 

Ini membuat saya bangga, Indonesia dengan ratusan suku dan berbagai macam ras ketika ditanya penduduknya kompak menjawab "Saya orang Indonesia". Hal ini juga mengundang pujian dari teman-teman saya di Malaysia, bagi mereka orang-orang Indonesia yang ada di sini terkenal sangat bersatu-padu, baik di kampus maupun tempat kerja. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat