kievskiy.org

Metal Head: Aing Metal, Aing Sunda

KARINDING Attack/DOK. PR
KARINDING Attack/DOK. PR

DALAM gelaran musik metal, tersaji satu gambaran umum: musik bergemuruh dalam tempo sangat cepat, suara vokal yang menggeram di­selingi lengkingan yang serak, penonton memutar-mutarkan kepala dan mengacungkan kepalan tangan.

Hampir semua orang berbaju hitam, bergambar tengkorak, setan, dan tulisan dalam motif halilintar. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, ada pemandangan baru, kepala mereka diikat kain batik. Iket yang mereka kenakan beragam jenisnya, ada yang bernuansa biru hitam khas Baduy, ada yang bernuansa cokelat, dan warna-warna lainnya.

Sebagian lagi ada yang mengenakan baju dan celana pangsi, melapisi kaus hitam band metal kegemaran masing-masing.

Jika 20 tahun lalu ada anak remaja yang datang ke festival musik metal dengan dandanan seperti itu, mungkin dia sudah habis diejek teman-temannya. Sekarang, dandan­an seperti itu seperti wajib bagi anak metal agar diakui eksistensinya. Hari ini mereka bangga berkata, ”Aing Metal! Aing Sunda!”

Bagaimana fenomena ini terjadi?

Perpaduan gaya metal dan Sunda mungkin tidak akan terjadi jika di Ujungberung tidak ada anak-anak muda penggemar metal yang mengadopsi seni tradisi Sunda.

Ujung­be­rung memang menjadi salah satu pusat berkumpul anak-anak metal, dan telah melahirkan band-band metal yang sa­at ini dianggap sebagai pionir. Misalnya, Jasad, Burgerkill, Sacrilegious, dan Forgotten.

Vokalis Jasad Mohamad Rohman atau lebih dikenal sebagai Man Jasad, menceritakan, setidaknya sejak tahun 2005 dia sudah berpikir untuk mengadopsi musik tradisi Sunda ke dalam musik death metal yang dimainkan Jasad. Namun, saat itu yang dia lakukan baru tahap menggunakan lirik berbahasa Sunda.

“Buat saya ini seperti penebusan dosa, karena saya main musik metal sudah lama banget, manggung di mana-mana, sudah lebih dari puas. Tetapi saya merasa ada yang kurang. Saya orang Sunda, tetapi tidak berbuat sesuatu untuk tanah kelahiran saya. Pada album jasad tahun 2005, Annihilate the Enemy, saya memberanikan nulis lagu berbahasa Sunda, judulnya Getih jang Getih,” tutur Man Jasad.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat