JUMAT, 18 Oktober 2019 malam, Ruang Putih dipenuhi ribuan melodi gitar yang berserakan di telinga. Semua penonton dibuat merem-melek, larut menikmati irama yang didominasi blues sepanjang dua jam. Bermain di panggung sederhana Ruang Putih, Bandung, Asep Stone membawa audiens menyaksikan kebangkitan Jimi Hendrix di depan mata, di tahun 2019.
Sepanjang penampilan, energi pria berusia 50 tahun itu terlihat prima. Asep tampil sungguh atraktif. Aksi panggungnya beberapa kali mampu mengimbangi teknik tinggi permainan gitarnya. Saking menikmati musik yang ia mainkan, sesekali ia berlutut, memainkan gitar di belakang kepala, atau mengeluarkan melodi-melodi dengan sentuhan lidahnya.
Kelengkapan teknik gitar melalui tarikan dan kecepatan peralihan nada, hingga bend, pull-off, atau hammer-on dikuasai Asep. Karakter suara rendah atau lantang tanpa teriak juga mampu memenuhi rangkaian lagu yang dibawakan, termasuk lagu yang ia ciptakan hasil inspirasi dari karya Jimi Hendrix. Tampilan wajah berkumis dengan rambut kribo menjadi penguat persona Jimi Hendrix pada diri Asep Stone.
Pria yang lahir di Bandung, 1969, itu terasa asing di depan khalayak Kota Bandung. Campuran Bahasa Sunda dan Indonesia di tengah penampilan cenderung kagok. Aksen yang terdengar di kuping seolah membuktikan bahwa Asep bukan musisi dalam negeri.
Meski lahir di Tanah Pasundan, Asep besar di Eropa. Sejak 1993 saat ia berusia 21 tahun, Asep telah hijrah ke London, Inggris. Di sana ia menetap hingga 17 tahun, sampai akhirnya pindah untuk tinggal di Swiss hingga kini.
Dari lingkungan Eropa, ia mulai mengembangkan diri sebagai musisi. Pada 1999, Asep pernah tampil di acara BBB Sessions bersama band yang ia bentuk, Purple Haze. Acara itu merupakan lelang gitar Jimi Hendrix yang dihadiri mantan basis Jimi Hendrix, Noel Redding.
Dalam kesempatan itu, Asep mendapat kehormatan untuk bermain bersama Redding. Asep menunjukkan kemahirannya dalam bermusik. Redding pun terpukau dengan aksi itu. Sampai-sampai muncul kutipan, “The Closest Thing to Hendrix”, atau sosok dan gaya bermain yang paling mendekati Hendrix. Redding pun berminat untuk main dan tur bersama Asep. Namun, pada akhirnya rencana itu tak pernah terwujud karena Redding meninggal dunia tidak lama setelah pertemuan itu.
Musisi gaek asal Bandung, Budi Arab kebagian jamming bareng malam itu. Ia memuji penampilan Asep Stone. Bagi Budi yang banyak belajar skill gitar dari lagu dan film Jimi Hendrix, kualitas Asep tak bisa diragukan.
“Karena saya seneng Jimi Hendrix, udah, kalau menurut saya dia (Asep) Jimi Hendrix. Dia udah poll. Gaya, aksi panggung. Lagu dia pun Jimi Hendrix. Jadi kalau Jimi Hendrix nyanyi lagu dia, ya kayak dia gitu. Progresif banget,” tuturnya.