PIKIRAN RAKYAT - Untuk membentuk pribadinya seperti saat ini, Direktur Operasional Solve Education! Foundation Talitha Amalia (35) sudah ditempa oleh berbagai macam tantangan. Pengalaman masa kecil juga menjadi mata asah bagi kegigihan Talitha mencapai cita-citanya.
Dibesarkan di Cicurug, Kabupaten Sukabumi, kehidupan masa kecil Talitha sangat keras. Ia terbiasa berjualan keliling sejak SD bersama sang ibu.
“Apapun yang bisa saya jual dengan ibu, dari kredit pakaian dan perlengkapan rumah tangga, sampai berjualan lontong sayur,” kata Talitha.
Sementara sang ayah, setelah sempat lama menganggur, kala itu bekerja sebagai seorang satpam di sebuah pabrik di Kabupaten Sukabumi. Tak lama berselang, sang ibu meninggal ketika Talitha masih duduk di bangku SMP. Maka sejak itu, Talitha harus mengurus adik-adik yang yang masih kecil.
Tak sampai di sana, saat kelas 3 SMP, sang ayah memberi tahunya mengenai ketidakadaan biaya untuk sekolah Talitha. Ia pun minta tolong ke sana sini, hingga akhirnya ada keluarga dari sepupu yang menolongnya untuk melanjutkan pendidikan hingga tamat SMA.
Setelah tamat SMA, Talitha nekat pergi ke Bandung tanpa sanak saudara yang dituju. Bermodalkan uang Rp 50.000 di tahun 2006, ia pergi ke rumah teman lama sang ayah yang merupakan guru tari di sebuah SMK. Keluarga tersebut menampung Talitha sampai ia menemukan pekerjaan.
Setahun kemudian, setelah mengumpulkan uang, Talitha memberanikan diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Ia memilih kampus negeri yang paling terjangkau, dengan kualitas yang tetap baik dan bisa menunjang karirnya ke depan. Ia kemudian masuk ke Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Setiap hari, ia berkuliah dari pukul 07.00 hingga 15.00 WIB. Sedangkan mulai dari pukul 17.00 hingga 02.00 WIB, ia bekerja. Beruntung, ia menerima beasiswa dari BCA yang membantunya bisa tamat berkuliah di UPI.
Talitha kemudian memperoleh beasiswa Fulbright Foreign Language Teaching Assistant di The University of Hawai’i at Manoa, Amerika Serikat. Talitha tidak merasa dirinya pintar, tetapi punya kegigihan.