PIKIRAN RAKYAT – Krisis politik yang berujung pada tindak kekerasan hingga saat ini masih berlangsung di Myanmar.
Akibat tindak kekerasan militer Myanmar tersebut banyak orang yang ditahan, bahkan hingga nyawanya terenggut.
Baru-baru ini, keprihatinan pangan juga meningkat tajam di Myanmar setelah kudeta militer dan krisis keuangan yang mendalam.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis 22 April 2021 memperkirakan jutaan warga Myanmar akan mengalami kelaparan dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Kapal Selam KRI Nanggala Hilang Kontak, Mardani Ali Sera: Evaluasi Menyeluruh Alutsista
Baca Juga: Bukan Untung, Mendag Sebut Kebijakan Relaksasi PPnBM Justru Buat Masalah Baru
Analisis Program Pangan Dunia (WFP) menunjukkan lebih dari 3,4 juta warga Myanmar akan berjuang untuk membeli makanan dalam tiga hingga enam bulan ke depan.
Daerah perkotaan Myanmar terkena dampak yang paling parah karena kasus kehilangan pekerjaan meningkat di bidang manufaktur, konstruksi dan jasa dan diperparah oleh kenaikan harga pangan.
"Semakin banyak orang miskin kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membeli makanan. Respons bersama diperlukan sekarang untuk meringankan penderitaan mereka dengan segera, dan untuk mencegah kemerosotan yang mengkhawatirkan dalam keamanan pangan," ujar Stephen Anderson selaku Country Director, seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.