kievskiy.org

Serudukan Bus di Beijing Bukan Serangan Teror

Pihak kepolisian melakukan inspeksi di tempat kejadian serangan teroris  di pasar Natal di Breitscheidplatz, Berlin, Selasa 20 Desember 2016. Metode serangan teror menggunakan truk sebagai senjata mematikan.  Insiden tersebut menewaskan 12 orang dan melukai 50 lainnya.*
Pihak kepolisian melakukan inspeksi di tempat kejadian serangan teroris di pasar Natal di Breitscheidplatz, Berlin, Selasa 20 Desember 2016. Metode serangan teror menggunakan truk sebagai senjata mematikan. Insiden tersebut menewaskan 12 orang dan melukai 50 lainnya.*

BEIJING, (PR).- Pemerintah Tiongkok, Kamis 22 Desember 2016, menyebutkan bahwa pihaknya belum menemukan adanya kaitan militan dengan insiden minibus menyeruduk salah satu pasar di bagian utara Beijing, Rabu 21 Desember 2016 lalu. Dalam insiden tersebut, seperti dilaporkan Reuters, empat orang tewas dan sejumlah orang terluka. Meski insiden itu mirip dengan serangan teror truk di Nice, Prancis pada 15 Juli lalu dan serangan teror di Berlin 19 Desember lalu, polisi Tiongkok belum menemukan keterlibatan teroris. Oleh karena itu, Otoritas Beijing menyebutkan insiden tersbeut sebagai kecelakaan lalu lintas. Dilansir Reuters, kejadian tersebut berawal saat sebuah minibus meluncur ke pasar pertanian dan menabrak sejumlah warga di sana. Polisi telah menyita dan mengamankan pelaku serta kendaraannya. Penyelidikan sampai saat ini masih terus dilakukan. Tiongkok sendiri memiliki memiliki catatan keamanan yang buruk terkait lalu lintas sehingga kecelakaan seperti itu menjadi hal yang biasa. Sebelumnya Tiongkok pernah menjadi target serangan teroris yang dilakukan kelompok radikal di Xinjiang. Pemerintah Beijing selama ini kerap mengatakan bahwa negaranya menghadapi ancaman potensial dari ekstremis di Xinjiang. Sampai saat ini ketegangan antara pemerintah Tiongkok dan warga Xinjiang maish berlangsung karena Beijing selalu mengkaitkan serangan teror di Tiongkok dengan warga Xinjiang. Sejak 2014, ratusan orang tewas di Beijing akibat serangan yang diklaim pemerintah dilakukan etnis Uighur., termasuk penusukan massal di stasiun kereta api di Urumqi, di wilayah barat Xinjiang pada Juli 2014 yang menewaskan 10 orang dan serangan teror lainnya pada Maret 2014 lalu di stasiun Kunming menewaskan 29 orang. Kemudian, serangan di Tiananmen yang menewaskan empat orang pada Februari 2014. Pemerintah menuding serangan teror di Xinjiang terkait dengan keberadaan kelompok separatis Uighur yang selama ini berjuang untuk lepas dari Negeri Tirai Bambu itu. Kelompok separatis Uighur ini ingin memerdekakan diri karena menilai pemerintah Tiongkok mendiskriminasi mereka, termasuk budaya mereka. Namun, cap teroris terhadap etnik Uighur baru disematkan pemerintah sejak serangan di Tiananmen awal tahun 2014 ini. Sebelumnya, mereka hanya disebut perusuh, tetapi sejak awal 2014, warga Uighur yang melakukan kekerasan disebut teroris.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat