kievskiy.org

Petugas Rumah Sakit Asal Indonesia Pilih Tetap Bertahan Rawat Korban Genosida Penjajah Israel

Asap mengepul saat pengungsi Palestina berlindung di rumah sakit Al Shifa, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel, di Kota Gaza, 8 November 2023.
Asap mengepul saat pengungsi Palestina berlindung di rumah sakit Al Shifa, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel, di Kota Gaza, 8 November 2023. / REUTERS/Doaa Rouqa

PIKIRAN RAKYAT - Rumah Sakit Indonesia, yang terletak di Beit Lahia utara Gaza menjadi fasilitas kesehatan penting di wilayah tersebut. Rumah Sakit yang dibangun atas Prakarsa Indonesia untuk membantu masyarakat Gaza Utara kini menghadapi ancaman pengeboman dari penajah Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung.

Fikri Rofiul Haq, relawan medis dari Indonesia yang bekerja dengan Komite Pemulihan Medis Darurat (MER-C), mengungkapkan situasi yang sulit. Haq, salah satu dari tiga relawan Indonesia di Rumah Sakit Indonesia, menyoroti dampak penghancuran oleh tentara pendudukan Israel pada sekitar rumah sakit. Hancurnya lahan-lahan pertanian membuat tidak mungkin bagi masyarakat untuk mendapatkan makanan segar seperti bawang, tomat, dan mentimun yang biasanya subur.

“Di Rumah Sakit Indonesia sekarang, staf hanya mendapatkan makan sekali sehari pada waktu makan siang, yang disediakan oleh (rumah sakit tetangga) Al-Shifa. Untuk sarapan dan makan malam, staf makan biskuit atau kurma,” katanya melalui pesan suara WhatsApp dengan Al Jazeera.

Kondisi di rumah sakit di Gaza, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa, mengalami degradasi yang sangat kelam. Dr. Mohammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit Al-Shifa, mendesak agar masyarakat dunia segera memberikan bantuan. Dia mengungkapkan bahwa rumah sakit tersebut hancur karena kekurangan bahan bakar, obat-obatan, dan akibar dari serangan bom Israel.

Baca Juga: 10.000 Warga Cimahi Turun ke Jalan Aksi Bela Palestina, Seruan Boikot Produk Israel Menggema

Dia menggambarkan pemandangan yang suram dengan mayat yang membusuk. Dia juga menekankan perlunya segera mengangkut orang terluka dan bayi yang baru lahir ke fasilitas medis yang beroperasi.

Atef al-Kahlot, direktur Rumah Sakit Indonesia, melaporkan bahwa fasilitasnya hanya beroperasi pada kapasitas 30-40 persen dan mengeluarkan permohonan bantuan global.

"Kami mengajak orang-orang terhormat di dunia, jika masih ada yang tersisa, untuk menekan pasukan pendudukan untuk memasok Rumah Sakit Indonesia dan rumah sakit lain di Jalur Gaza," pintanya. Krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dengan rumah sakit kesulitan mengatasi tantangan yang luar biasa akibat konflik ini.

Di tengah kondisi seperti itu, Fikri Rofiul Haq dan koleganya menolak untuk dievakuasi karena memiliki tanggung jawab untuk merawat pasien dan korban-korban yang berjatuhan.

“Tidak ada jaminan keamanan kami, tentu saja kami merasa takut yang sangat luar biasa, tapi dengan rahmat Allah SWT, kami merasa terlindungi,” kata Fiqri Rofiul Haq seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari Al-Jazeera.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat