kievskiy.org

AS Tak Terima Senjatanya Dipakai Israel untuk Bunuh Rakyat Palestina di Rafah

Serangan Israel terhadap sebuah masjid, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas, di Rafah di bagian selatan Jalur Gaza, pada 12 Februari 2024.
Serangan Israel terhadap sebuah masjid, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas, di Rafah di bagian selatan Jalur Gaza, pada 12 Februari 2024. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa.

PIKIRAN RAKYAT - Amerika Serikat (AS) mengeluarkan kecaman keras terhadap Israel pada Jumat 10 Mei 2024, mengecam penggunaan senjatanya dalam serangan di Gaza. Kecaman ini terjadi setelah Israel meningkatkan operasi di sekitar Rafah, selatan Jalur Gaza, yang dihuni oleh satu juta pengungsi Palestina.

Meskipun AS merupakan sekutu utama Israel, pemerintah AS menyatakan bahwa senjata yang digunakan Israel tidak sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional selama perang yang telah berlangsung selama tujuh bulan.

Namun, AS juga mengakui bahwa mereka tidak bisa secara langsung menghentikan pasokan senjata kepada Israel.

Hubungan AS-Israel mengalami ketegangan sejak awal pekan ini ketika Presiden Joe Biden mengancam akan menghentikan pengiriman senjata jika Israel terus melanjutkan serangan ke Rafah.

AS juga memperingatkan bahwa reputasi Israel akan rusak jika mereka terus menyerang Rafah, dengan risiko kerugian yang lebih besar daripada keuntungan militer yang diperoleh.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat menyatakan keprihatinannya bahwa Gaza berisiko mengalami bencana kemanusiaan besar jika Israel melancarkan operasi darat skala penuh di wilayah tersebut. Perancis juga mendesak Israel untuk segera menghentikan operasinya di Rafah tanpa penundaan.

Meskipun mendapat tekanan dari berbagai pihak, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel bertekad untuk mengusir Hamas dari Gaza demi keamanan negaranya. "Kalau kami harus berdiri sendiri, kami akan berdiri sendiri," ujarnya.

Operasi militer Israel di Gaza telah memicu kekhawatiran akan krisis kemanusiaan yang lebih besar di wilayah tersebut. Pasukan darat Israel merebut perbatasan Rafah pada awal pekan ini, tetapi belum memasuki wilayah utama pengungsi Palestina.

Perang Israel-Hamas yang pecah pada 7 Oktober 2023 telah menyebabkan ribuan kematian di kedua belah pihak, dengan mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat