kievskiy.org

Deteksi Konten Palsu AI: Cara dan Kebijakan untuk Menghentikannya

Ilustrasi AI
Ilustrasi AI /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Awal tahun ini, para pemilih di New Hampshire menerima pesan telepon yang terdengar seperti Presiden Joe Biden, yang membuat mereka enggan untuk memberikan suara dalam pemilihan di negara bagian tersebut. Akan tetapi, suara yang terdengar di telepon tersebut bukanlah suara Biden, melainkan suara robot yang dibuat dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menirukan suara presiden.

Dikutip Phys.org, kemunculan AI telah mempermudah pembuatan gambar palsu, video palsu, dan rekaman audio yang terlihat dan terdengar nyata. Dengan semakin dekatnya pemilu, teknologi yang muncul ini mengancam untuk membanjiri internet dengan misinformasi, yang berpotensi membentuk opini publik, kepercayaan, dan perilaku dalam demokrasi kita.

"Demokrasi bergantung pada warga negara yang terinformasi dan penduduk yang berpartisipasi semaksimal mungkin serta mengekspresikan pendapat dan kebutuhan mereka melalui kotak suara", ujar Mindy Romero, direktur Center for Inclusive Democracy (CID) di USC Price School of Public Policy.

Romero menambahkan, yang dikhawatirkannya adalah menurunnya tingkat kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi, dapat mengganggu proses pemilihan umum, menumbuhkan ketidakstabilan, polarisasi, dan dapat menjadi alat untuk campur tangan asing dalam politik."

Dilansir Phys.org, Romero baru-baru ini menyelenggarakan webinar berjudul Pemilu di Era AI yang di mana para ahli mendiskusikan cara mengidentifikasi misinformasi yang dihasilkan AI dan bagaimana para pembuat kebijakan dapat mengatur teknologi yang sedang berkembang ini.

Panelis yang hadir antara lain David Evan Harris, Cendekiawan Publik Kanselir di UC Berkeley lalu ada Mekela Panditharatne, penasihat Program Pemilu & Pemerintahan Brennan Center, serta Jonathan Mehta Stein, direktur eksekutif California Common Cause.

Cara mengenali dan mengabaikan misinformasi

Ilustrasi AI
Ilustrasi AI Freepik

  • Bersikaplah skeptis. Bukan hal yang buruk untuk bersikap skeptis terhadap berita politik secara umum,ujar Romero. Jika berita itu tidak benar, jika berita itu sensasional, atau membangkitkan emosi yang kuat hal itu seharusnya menjadi tanda bahaya.
  • Konfirmasi ke berbagai sumber. Jika Anda melihat gambar atau video yang membuat poin seseorang terlalu sempurna, mengkonfirmasi teori konspirasi, atau menyerang seorang kandidat, luangkan waktu sejenak sebelum membagikannya, ujarStein.
  • Memeriksa kembali.Romero juga mengingatkan bahwa kita bisa mencarinya di Google. Lihat apakah itu dilaporkan oleh sumber lain, atau sudah dibantah.
  • Gunakan berita dari sumber yang terpercaya. Mengonsumsi informasi dari sumber yang kredibel adalah salah satu cara untuk memerangi misinformasi. Orang-orang juga harus menentukan apakah sebuah artikel adalah berita atau opini, ujarRomero.

"Mungkin sulit bagi orang untuk melindungi diri mereka sendiri dari misinformasi. Ini adalah pekerjaan yang berat," tambah Romero. "Secara umum, dorongan di bidang ini adalah berbicara tentang bagaimana pemerintah dan pembuat kebijakan dapat mengambil tindakan untuk mendukung masyarakat,” ujarnya lagi menambahkan.

Apa yang dapat dilakukan oleh pembuat kebijakan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat