BOGOR, (PR).- Penurunan harga bahan bakar minyak sejak 1 April lalu tidak menjamin harga bahan pangan pun ikut turun. Pemantauan "PR" , Rabu 6 April 2016, harga bahan pangan di Kota Bogor masih relatif tinggi di sejumlah pasar tradisional, terutama untuk beras, daging, dan beberapa jenis sayuran.
Masyarakat pun mengeluhkan kondisi tersebut. "Percuma saja harga BBM turun, tapi harga sembako tetap mahal, cenderung tidak turun. Kalau BBM naik saja, langsung ikut naik," kata salah seorang warga, Fatimah. Mahalnya harga bahan pangan saat ini dinilai Fatimah sangat terasa, terlebih tarif angkutan umum di Kota Bogor juga belum turun. Dengan demikian, dampak penurunan BBM dikatakan Fatimah hampir tidak terasa.
Di Pasar Kebon Kembang Kota Bogor, harga beras masih relatif tinggi yakni di atas Rp 9.000 per kilogram. Demikian juga dengan harga daging ayam dan sapi yang tidak kunjung turun. Harga daging ayam masih di angka Rp 35.000-Rp 36.000, sedangkan harga daging sapi masih di atas Rp 110.000 per kilogram. Tak hanya harga beras dan daging, harga sejumlah sayuran pun malah ada yang naik seperti tomat, kol, buncis, dan kacang panjang.
Harga sayuran rata-rata naik sekitar Rp 2.000 per kilogram, kecuali tomat yang melonjak dari Rp 7.000 menjadi Rp 15.000 per kilogram. Hanya harga telur yang terus turun hingga di angka Rp 18.000 hingga Rp 19.000 per kilogram. Sementara, harga bumbu dapur seperti cabai, bawang merah dan bawang putih juga relatif tinggi.
Saat ini, harga cabai masih di atas Rp 30.000 per kilogram demikian juga dengan bawang merah yang masih di atas Rp 35.000 per kilogram. Sejumlah pedagang yang ditemui mengatakan biasanya penurunan harga BBM tidak langsung berpengaruh pada harga bahan pangan.
"Kalau BBM naik, biasanya bisa langsung naik. Tapi kalau sudah turun BBMnya, nurunin harga sembakonya susah. Dari sananya (pemasoknya) saja sudah mahal. Kalau dijual lebih murah, enggak ada untungnya di pedagang," kata salah seorang pedagang sayuran, Atep. ***