kievskiy.org

Ekspor Produk Lokal tak Dibarengi Peningkatan Konsumsi

PENGRAJIN rotan sedang bekerja di sentra rotan Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon beberapa waktu lalu. Rotan menjadi salah satu produk lokal dengan nilai ekspor yang tinggi setiap tahunnya.*
PENGRAJIN rotan sedang bekerja di sentra rotan Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon beberapa waktu lalu. Rotan menjadi salah satu produk lokal dengan nilai ekspor yang tinggi setiap tahunnya.*

SUMBER, (PR).- Tingkat ekspor produk lokal asal Kabupaten Cirebon dinilai cukup tinggi ke sejumlah negara Asean, Amerika, dan Eropa. Pada 2015 lalu, nilai ekspor sebanyak 39 komoditi non migas mencapai Rp 5 triliun. Fluktuasi yang dialami pun tidak begitu signifikan, sehingga jumlah per tahun tidak mengalami perbedaan yang begitu jauh. Kepala Bidang Perdagangan dan Promosi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Supardi mengatakan, hal itu disebabkan oleh pasar bebas dan MEA yang semakin berkembang. ”Karena dimungkinkannya pengusaha untuk mengekspor ke luar negeri, maka pelaku usaha pun semakin berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan pasar luar,” kata Supardi, Jumat, 26 Agustus 2016. Ekspor tertinggi dari Kabupaten Cirebon berada pada sektor industri tekstil yang diekspor ke negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika dengan nilai per tahun mencapai Rp 1,8 triliun. Disusul oleh industri rotan asal Tegalwangi yang telah melegenda. Dari tahun ke tahun, pengusaha rotan terus mengekspor produk mereka ke negara-negara di Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. Nilai terakhir pada tahun lalu mencapai Rp 1 triliun per tahun, dengan fluktuasi yang tidak begitu signifikan. ”Hal itu menjadi salah satu bentuk peningkatan pangsa pasar yang dapat bertahan setiap tahunnya. Mengingat minat pasar luar juga cukup tinggi,” ucapnya. Supardi tidak menampik, tingginya ekspor tersebut masih mencakup impor bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi. Hanya saja, hasil produksi yang dieskpor tetap lebih tinggi dibandingkan jumlah bahan baku yang diimpor. Namun, tingginya hasil produk lokal tidak diiringi dengan konsumsi masyarakat itu sendiri. Berlakunya MEA turut berpengaruh pada tidak terbendungnya produk impor yang masuk ke dalam negeri. Terlebih, pangsa pasar lokal dinilai terus menunjukan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan bagi pengimpor. Seperti yang terjadi pada produk rotan yang merupakan komoditi ekspor tinggi. Masyarakat setempat justru lebih banyak mengekspor dibandingkan memakai atau menjualnya di wilayah sendiri. ”Banyak produk impor yang masuk melalui outlet di kabupaten, yakni makanan, minuman, buah, hingga mainan. Beredar sangat banyak, menunjukan peminat kita yang cukup tinggi,” paparnya ditemui di Kantor Disperindag. Hal itu pun didukung dengan gaya hidup masyarakat lokal yang masih dinilai lebih mempercayai produk luar dibandingkan produk lokal. Padahal, bisa jadi barang impor tersebut memiliki kualitas rendah atau bahkan berada di bawah kualitas lokal. Sementara itu, Cirebon merupakan salah satu wilayah yang menjadi produsen berbagai produk lokal berkualitas. Oleh karena itu, pihak dinas pun menekankan, jika produk impor seharusnya hanya menjadi pilihan alternatif untuk digunakan. Apalagi, kualitas produk saat ini bisa semakin disejajarkan satu sama lain.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat