kievskiy.org

Bersolek Sebelum Tanam Padi

Seorang gadis Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sedang mengikuti prosesi adat ngarot di Balai Desa Lelea, Rabu 23 November 2016. Tradisi ngarot sudah lama dijalani warga setempat. Perawan Lelea selalu bersolek sebelum musim tanam
Seorang gadis Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sedang mengikuti prosesi adat ngarot di Balai Desa Lelea, Rabu 23 November 2016. Tradisi ngarot sudah lama dijalani warga setempat. Perawan Lelea selalu bersolek sebelum musim tanam

RABU 23 November 2016, ribuan orang tumpah ruah di jalanan Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Kerumunan orang itu makin menyemut saat mendekati balai desa setempat. Suasana di Desa Lelea layaknya seperti di sebuah pasar tumpah. Di desa tersebut sedang digelar tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka. Masyarakat setempat menamakan tradisi itu dengan ngarot. Ngarot kerap digelar untuk menyambut musim tanam di Desa Lelea. Tradisi ngarot rutin digelar setiap tahunnya memasuki bulan November atau Desember. Masyarakat Lelea selalu menggelar kegiatan setiap hari Rabu karena dianggap hari baik untuk menanam padi. Tradisi ngarot tersebut tidak hanya diikuti oleh generasi tua saja. Generas muda lelaki maupun perempuan turut dilibatkan dalam kegiatan. Malah kehadiran para lelaki dan perempuan muda merupakan hal wajib pada setiap gelaran kegiatan ngarot. Uniknya lagi pemuda ataupun pemudi desa yang masih “suci” yang boleh mengikuti prosesi adat ngarot. Artinya hanya lelaki yang benar-benar bujangan dan perempuan perawan saja yang boleh diikutsertakan. Kurang lebih sebanyak 60 perawan dan 83 bujangan desa terlibat dalam ngarot tersebut. Perawan Desa Lelea berbusana kebaya itu didandani dan diberi aksesori seperti kalung, gelang, dan cincin. Sebuah mahkota bertahtakan bunga kenanga, melati, dan kertas pun turut menghiasai kepala mereka. Bunga-bunga tersebut sebagai perlambang kesuburan. Sementara itu, sang bujangan desa hanya mengenakan pakaian hitam-hitam, dengan ikat kepala. Kuwu Desa Lelea Raidi mengatakan, ngarot merupakan wujud syukur sebelum musim tanam digelar. Ngarot juga sebagai penyemangat petani untuk memulai kembali bercocok tanam. “(Sudah ada) sejak abad ke-17, ngarot dilaksanakan secara turun temurun,” kata Raidi yang juga merupakan seorang Pemangku Adat di Balai Desa Lelea, Rabu. Ia menilai, tradisi leluhur tersebut merupakan sebagai benteng pertahanan pemuda-pemudi di Desa Lelea agar senantiasa menjaga kehormatan dan kesuciannya. Oleh karena itu, dengan adanya tradisi ngarot diharapkan generasi muda dapat belajar kepada generasi yang lebih tua. Salah seorang warga asli desa setempat Somana (54) mengatakan, ngarot memang selalu diikuti oleh perawan dan bujangan desa. “Sudah dari dahulu, sejak saya kecil selalu digelar. Digelar sebelum musim tanam rendeng dimulai,” ucapnya. Ia menambahkan, masyarakat setempat terus melestarikan tradisi tersebut. Bahkan sebagian masyarakat kata dia, percaya jika bunga di mahkota perawan tersebut sangat bermakna dan memiliki arti tersendiri. Oleh karena itu, tak heran mahkota-mahkota tersebut kerap dipetik bunganya oleh warga. Dalam kegiatan tradisi ngarot tersebut juga dihadiri oleh Bupati Indramayu Anna Sophanah. Ia mengatakan, ngarot merupakan daya tarik di Desa Lelea. “Tradisi yang sudah dilakukan turun temurun,” ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat