kievskiy.org

Stok Garam Kosong, Belasan Industri Rumahan Kolaps

SUMBER, (PR).- Stok garam di tingkat petani di Jawa Barat saat ini kosong akibat fenomena La Nina pada 2016. Fenomena La Nina yang ditandai tingginya curah hujan sepanjang tahun lalu, membuat lahan garam tak bisa diolah, sehingga petani garam tidak bisa berproduksi. Menurut Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, stok garam di Jabar saat ini hanya dimiliki pengepul atau tengkulak. Namun, itu pun jumlahnya hanya sekitar 2.000 ton. Padahal, dalam kondisi normal, produksi garam di Jabar mencapai lebih dari 500 ribu ton. Taufik mengungkapkan, minimnya stok garam itu membuat harga garam di tingkat pengepul melambung tinggi. Harga garam per kg mencapai Rp 1.400 per kg. Padahal, saat awal 2016, harga garam di tingkat petani hanya berkisar Rp 200 per kg. "Akibat melambungnya harga garam, belasan industri garam rumahan seperti garam meja di Kabupaten Cirebon kolaps," katanya. Bangkrutnya industri rumahan garam karena mereka tidak kuat membeli bahan baku garam yang harganya sangat tinggi. "Kalau modalnya saja tinggi, berapa harga jual garam produksi mereka ke pembeli. Daripada sulit menjual, mereka akhirnya memilih tidak berproduksi," jelas Taufik. Melihat kondisi di lapangan, Taufik menilai kebijakan impor garam yang saat ini dilakukan pemerintah, sebagai langkah yang tepat. Impor garam dipandang bisa memenuhi kebutuhan garam saat ini. Apalagi, impor tersebut sekarang ini tidak mempengaruhi nasib petani garam. Hanya saja Taufik meminta pemerintah agar menetapkan kuota impor garam secara bijak dan tegas. Dia berharap impor garam dilakukan hanya sesuai kebutuhan di lapangan. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat