kievskiy.org

Petani Ciamis Ini Tetap Bertahan dengan Bajak Tradisional

Alan (49) warga Panyingkiran, Kecamatan/Kabuaten Ciamis sejak 14 tahun hingga saat ini tetap membajak sawah dengan kerbau, Rabu 4 April 2018. Selain untuk sawah sendiri, kegiatan membajak sawah dengan kerbau juga dlakukan persawahan milik tetangga maupun warga lain yang minta jasanya./NURHANDOKO WIYOSO/PR
Alan (49) warga Panyingkiran, Kecamatan/Kabuaten Ciamis sejak 14 tahun hingga saat ini tetap membajak sawah dengan kerbau, Rabu 4 April 2018. Selain untuk sawah sendiri, kegiatan membajak sawah dengan kerbau juga dlakukan persawahan milik tetangga maupun warga lain yang minta jasanya./NURHANDOKO WIYOSO/PR

CIAMIS, (PR).- Kemajuan teknologi pertanian mengolah lahan berupa traktor, ternyata tidak mengusik Alan ( 49) berpaling dari bajak tradisional. Sejak 14 tahun lalu warga Panyingkiran, Kecamatan/Kabupaten Ciamis tetap memanfaatkan kerbau untuk membantu membajak sawahnya.

Tidak hanya untuk mengolah sawah milik sendiri, beberapa areal persawahan di wilayah Nempel juga sering meminta jasa Alan untuk membajakkan sawahnya. Meskipun tidak memasang tarif, biasanya  sehari membajak sawah mulai pukul 7.00 WIB – 12.00 WIB, mendapat bayaran sebesar Rp 100.000.

 “Sejak 14 tahun lalu saya sudah membajak sawah dengan kerbau. Saya juga sengaja membeli kerbau, selain untuk membajak sawah sendiri juga sawah tetangga yang minta bantuan,,” ungkap Alan, di sela membajak sawahnya di wilayah Panyingkiran, Rabu 4 April 2018.

Usai musim panen merupakan masa yang selalu ditunggu oleh Alan. Setidaknya order pekerjaan membajak sawah bakal semakin banyak.  Setelah menggarap lahan sendiri yang tidak begitu luas, Alan baru menerima pekerjaan membajak sawah orang lain.

Lebih Matang dan Subur

Umumnya sawah yang dibajak dengan memergunakan tenaga kerbau, tidak begitu luas, dan konturnrya  berundak, sehingga tidak terjangkau traktor.  Pengunaan kerbau untuk membajak sawah, lanjutnya memiliki keungglan dibanding dengan traktor.  Misalnya  lebih alami, tidak khawatir ada bocoran minyak atau oli. Selain itu  sawah yang dibajak dengan kerbau lebih subur.

“Memang waktu menjadi salah satu kendala,  karena prosesnya lebih lama. Akan tetapi membajak sawah secara tradisional hasil bajakannya lebih  matang. Semua bagian tanah dibongkar dan dibalik,” tuturnya.

Alan mengungkapkan saat ini kerbau yang berperawakan  kekar dengan tanduknya yang kokoh tersebut dibeli di wilayah Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mendapat kan kerbau seharga Rp 15 juta, dia menabung cukup lama, dengan menyisihkan hasil panen, serta kerja lainnya. Untuk menghemat pengeluaran, Alan  setiap hari menyabit rumut serta mencari hijauan lain.

“Hampir tiap hari mencari rumput. Kalau sekarang ini persediaan pakan masih banyak, beda ketika kemarau rumput sulit dicari. Mungkin agak aneh ya, bagi saya, kerbau ini adalah tabungan sekaligus membantu  penghasilan keluarga,” ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat