NUANSA Ramadan di lingkungan penjara rupanya tak jauh beda dengan di lingkungan masyarakat pada umumnya. Terkecuali adanya tembok tinggi dan jeruji besi, nuansa bulan suci di Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Kelas III Kabupaten Bekasi (Cikarang) tetap begitu terasa. Bahkan, mungkin lebih hikmat dibanding masyarakat biasa.
Bagaimana tidak, sejak dini hari lebih dari 1.500 warga binaan yang beragama muslim telah terbangun untuk menyantap sahur bersama. Tidak berhenti sampai di situ, mereka kemudian berbondong ke masjid untuk melaksanakan salat subuh berjamaah dibarengi kuliah agama singkat.
Berbekal kehidupan yang pernah berbuat salah, Ramadan menjadi momentum bagi mereka memerbaiki diri. Maka dari itu, sepanjang waktu, pada bulan puasa kali ini penuh dengan aktivitas keagamaan. Apalagi sejak Kamis 24 Mei 2018 hingga 20 hari kedepan, para warga binaan ini diikutsertakan dalam pesantren kilat yang digelar pihak Lapas dengan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bekasi.
“Bisa jadi ini keunikan tersendiri karena ada pesantren di dalam ‘pesantren’ (penjara). Tapi ini memang menjadi momentum bagi kita semua, baik warga binaan maupun petugas untuk memanfaatkan Ramadan ini dengan kegiatan keagamaan yang intens,” ujar Kepala Lapas Cikarang, Kadek Anton Budiharta usai menggelar buka bersama warga binaan.
Pesantren digelar usai salat Ashar berjamaah hingga diakhiri salat tarawih. Pesantren pun diisi dengan tausiah, belajar membaca tulis Alquran hingga menghafalnya. “Materi dalam pesantren ini antara lain tauhid, fiqih juga tahfizhul quran. Karena telah bekerja sama dengan Baznas, maka tenaga pengajar juga dari Baznas,” kata dia.
![](https://kievskiy.org/#STATIC#/public/image/2018/05/napi lapas bekasi hatam al Quran-1.jpg)
Khatam
Selain pesantren kilat, para warga binaan telah membuat kelompok tadarus yang berjumlah 37 orang. Setiap malam, usai tarawih, kelompok tadarus ini mulai membaca Alquran. Setiap warga binaan membaca setidak satu juz secara bergantian, sehingga setiap malam kelompok tadarus ini khatam Alquran.
“Jika warga binaan lain setelah tarawih kembali ke ruangannya, kelompok tadarus ini melanjutkan dengan membaca Alquran. Setiap malam khatam Alquran, maka dalam sebulan sudah 30 kali khatam. Tentu ini menambah kekhidmatan ramadan,” ucap Kadek didampingi Kepala Sub Seksi Pembinaan Lapas Cikarang, Aris Setiawan.
Pendidikan agama menjadi salah satu poin utama di Lapas Cikarang. Setiap warga binaan wajib bisa membaca Alquran. Bahkan, kemampuan warga binaan membaca Alquran pun menentukan kebebasan mereka. Lapas tidak segan menunda remisi warga binaan bila mereka tidak mampu membaca Alquran.