kievskiy.org

Pascaerupsi Tangkubanparahu, Penerbangan di Jawa Barat Tetap Normal

KEPULAN asap keluar dari Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, dilihat dari kawasan Jalan Kopo, Kota Bandung, Jumat, 26 Juli 2019. Pada pukul 15:48 WIB Gunung tersebut terjadi erupsi dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durari kurang lebih lima menit tiga puluh detik.*/ARMIN ABDUL JABBAR/PR
KEPULAN asap keluar dari Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, dilihat dari kawasan Jalan Kopo, Kota Bandung, Jumat, 26 Juli 2019. Pada pukul 15:48 WIB Gunung tersebut terjadi erupsi dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durari kurang lebih lima menit tiga puluh detik.*/ARMIN ABDUL JABBAR/PR

JAKARTA, (PR).- Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan memastikan penerbangan dari dan ke Jawa Barat masih beroperasi normal. Tidak ada kendala yang ditimbulkan pascaerupsi Gunung Tangkubanparahu di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat, itu.

Akan tetapi, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti mengimbau semua stakeholder terkait untuk terus melakukan koordinasi dan memantau dampak erupsi.

“Kita akan terus memantau perkembangan dampak erupsi Gunung Tangkubanparahu, sehingga semua tim terkait dapat disiapsiagakan dan segera menginformasikan langkah yang tepat dalam penanganan dampak abu vulkanik untuk penerbangan,” kata Polana di Jakarta, Jumat, 26 Juli 2019.

Sementara itu, Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah I Herson, mengatakan bahwa jalur penerbangan domestik daerah Jawa Barat dan sekitarnya masih aman. 

"Jalur penerbangan domestik tidak melalui daerah sekitar gunung Tangkubanparahu, sedangkan jalur penerbangan internasional terbang pada ketinggian yang cukup tinggi sehingga tidak berdampak, dan apabila di kemudian hari ada dampak abu vulkanik maka jalur penerbangan akan segera dialihkan,” tuturnya.

Belum Mengganggu

Sementara itu, AirNav Indonesia atau Perum LPPNPI melalui  Notice to Airmen (Notam) No : VAWR 1896 perihal Erupsi Gunung Tangkubanparahu yang dikeluarkan pada 26 Juli 2019 pukul 10.05 UTC berisi Gunung Tangkubanparahu pada jam 08.58 UTC mengeluarkan asap (masih status orange belum red) pada ketinggian ground sampai 9.000 kaki dengan kecepatan angin arah Barat 10 knots.

Pusat Vulkanologi Meteorologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi menerangkan erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durasi sekitar 5 menit 30 detik. Saat ini Gunung Tangkubanparahu berada pada status level I atau normal.

Manager Humas AirNav Indonesia Yohanes Sirait mengatakan, Perum LPPNPI (AirNav Indonesia) menyatakan Erupsi Gunung Tangkubanparahu yang terjadi Jumat, 26 Juli 2019 sore, sampai Jumat malam belum mengganggu aktivitas penerbangan.

"Sampai saat ini, tidak ada rute penerbangan maupun bandara yang terdampak volcanic ash Gunung Tangkubanparahu. Kedua bandara terdekat (Bandara Husein Sastranegara dan Bandara Kertajati) berada di luar area volcanic ash" katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat