kievskiy.org

Perajin Perahu di Jatiluhur Terancam Punah

SEJUMLAH perahu pengangkut wisatawan di Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta menggunakan perahu modern dibandingkan tradisional.*/HILMI ABDUL HALIM/PR
SEJUMLAH perahu pengangkut wisatawan di Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta menggunakan perahu modern dibandingkan tradisional.*/HILMI ABDUL HALIM/PR

BEBERAPA perahu tradisional setengah jadi dibiarkan tergeletak di pinggir jalan Desa Cikaobandung Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, Kamis, 24 Oktober 2019. Perahu-perahu tersebut buatan Aca (60), salah seorang perajin perahu yang tersisa di Kampung Perahu.

Kawasan tersebut sempat dijuluki Kampung Perahu Purwakarta karena menjadi pusat produksi perahu tradisional berukuran kecil sejak 1970-an. Namun, saat ini para perajin perahu semakin berkurang bahkan terancam hilang akibat tidak ada regenerasinya.

Aca tidak sedang berada di tempat produksi perahu sekaligus rumahnya saat didatangi PR siang itu. Anaknya yang kebetulan berada tidak jauh, mengatakan ayahnya sedang berada di kebun dan tidak bisa dipastikan waktu kepulangannya.

"Sudah lama abah tidak bikin perahu lagi. Yang ada saja itu menumpuk belum terjual. Sudah berbulan-bulan di situ," katanya tanpa menyebutkan nama. Ia lantas menunjukkan rumah seorang pengrajin perahu lainnya yang jaraknya beberapa kilometer dari sana, bernama Idin (57).

Berbeda dengan Aca yang tetap memproduksi perahu, Idin baru memproduksi perahu apabila ada pesanan saja. Menurut dia, perahu setengah jadi tidak boleh disimpan lama-lama karena kualitasnya bisa menurun. Sehingga, tak ada satupun perahu buatannya yang dipajang di tempatnya saat ini.

Tiga bulan lebih ia tidak memproduksi perahu karena memang tidak ada yang memesan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia terpaksa berjualan air minum isi ulang dan membuat keramik penutup makam. "Pendapatan dari perahu sudah tidak bisa jadi pegangan," kata Idin mengeluh.

Di kawasan Waduk Jatiluhur saja, penggunaan perahu tradisional sudah mulai tergantikan oleh perahu modern berbahan non-kayu. Selain itu, jumlah wisatawan yang berminat menyewa perahu tersebut juga berkurang selama musim kemarau ini.

Pada dekade 1990-an, ia masih bisa menerima pesanan hingga empat perahu dalam sepekan. Sekarang, paling banyak Idin hanya menerima jumlah pesanan yang sama dalam satu bulan. Namun, kondisi usahanya semakin lama semakin menurun.

Idin biasanya mendapatkan pesanan membuat perahu pengangkut pasir dan perahu penumpang untuk pariwisata. Perahu pasir berukuran 7x1,8 meter dijual seharga lima juta rupiah per unit. Sementara perahu pariwisata berukuran 8x2 meter dihargai lebih mahal hingga Rp25 juta per unit.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat