PURWAKARTA, (PR).- Penyusutan debit air di sejumlah bendungan di Jawa Barat semakin parah pada musim kemarau panjang tahun ini. Para pemangku kebijakan terkait telah melakukan modifikasi cuaca untuk memicu hujan buatan tapi efeknya belum signifikan mengisi bendungan-bendungan tersebut.
Hal itu dijelaskan Kepala Bidang Operasional Balai Besar Wilayah Sungai Citarum M Dian Almaruf selaku Tim Koordinasi Pengelolaan Bendungan Kaskade Citarum. "Setelah rapat rutin akhirnya diputuskan hujan buatan mulai 25 Oktober 2019," katanya, Kamis, 31 Oktober 2019.
Menurut dia, dampak dari hujan buatan sudah terlihat. Namun, Dian mengakui kondisi debit air di tiga bendungan yakni Waduk Cirata, Saguling dan Jatiluhur sudah sangat memprihatikan. Debit air masing-masing bendungan berada sekitar satu meter di bawah batas normal bawah.
"Target kita adalah kita bisa mempercepat terjadinya hujan, kemudian dilanjutkan dengan hujan yang normal. Tapi di sela-sela itu kalau ada awan hujan yang tidak jadi hujan, akan kita semai," katanya. Namun, Dian menyebutkan total kegiatan dalam kontrak dijadwalkan sebanyak 20 hari.
Waktu yang dijadwalkan itu sama dengan 35 jam terbang. Dalam sekali penerbangan, pesawat menyemai material garam natrium klorida (NaCL) sebanyak kurang lebih satu ton. Biaya per kegiatan itu membutuhkan dana senilai Rp 154.200.000.
"Itu tidak setiap hari, tergantung dari potensi awan hujan yang ada. (Awan tersebut) disemai agar cepat tua, jadi dikondensasi sehingga lebih cepat ionisasinya," ujar Dian menjelaskan. Reaksinya berlangsung selama 2-5 hingga 12 jam untuk terjadi hujan. Hal itu tergantung kondisi awan hujan yang disemai.
Pada penerbangan perdana, 25 Oktober 2019 pukul 14.30 lalu, Dian mengatakan hujan turun pada pukul 19.00 di wilayah Kopo Bandung. Lokasi tersebut sesuai sasaran, yakni wilayah Sungai Citarum bagian tengah dan selatan. Selanjutnya, hujan juga terjadi di Pangalengan, Cimahi hingga Kota Bandung.
"Sampai sekarang sudah lima hari kegitan. Pada 28 Oktober 2019 kita coba evaluasi, air yang sudah masuk bendungan di luar air yang meresap ke tanah mencapai enam juta meter kubik," kata Dian. Air tersebut terlebih dulu mengisi Waduk Saguling sebelum akhirnya ke Cirata dan Jatiluhur.
Lebih lanjut, Dian menyebutkan anggota tim yang menjadi inisiator modifikasi cuaca tersebut adalah BBWS Citarum, Perum Jasa Tirta II, Indonesia Power Unit Pembangkit Saguling, Pembangkit Jawa-Bali Cirata, Badan Pengkaji Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan dinas terkait di Pemerintah Provinsi Jawa Barat.