kievskiy.org

Terduga Teroris di Cianjur Dikenal Suka Mendebat Ustaz Soal Jihad

TIM Densus 88 mengamankan sepasang suami istri terkait dugaan terorisme di Desa Gunungsari, Ciranjang, Cianjur, Kamis 14 November 2019. Keduanya diketahui baru saja tinggal di wilayah tersebut dan kemudian ditangkap karena diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris.*/SHOFIRA HANAN/PR
TIM Densus 88 mengamankan sepasang suami istri terkait dugaan terorisme di Desa Gunungsari, Ciranjang, Cianjur, Kamis 14 November 2019. Keduanya diketahui baru saja tinggal di wilayah tersebut dan kemudian ditangkap karena diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris.*/SHOFIRA HANAN/PR

CIANJUR, (PR).- Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 anti teror Mabes Polri dibantu Polres Cianjur mengamankan pasangan muda terduga teroris di Kampung Cibodas RT 03/01, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Kamis 14 November 2019. Keduanya ditangkap karena diduga memiliki kaitan dengan jaringan teroris.

Pasangan muda berinisial DS (24) dan DK (25) itu ditangkap di dua tempat berbeda. DS ditangkap di Sekolah MTSN 3 Cianjur, Kampung Cibanteng, Desa Gunungsari, Ciranjang dan sang istri ditangkap di kontrakan tempat mereka bermukim. Keduanya diketahui baru menyewa rumah tersebut sejak dua pekan lalu.

Sang suami, dikenal sebagai operator sekolah yang beberapa kali kedapatan berdebat dengan tokoh agama terkait ajaran agama dan jihad. Tokoh agama setempat, Ustaz Ahmad Rifai (30) mengatakan, DS mulai tinggal di Kampung Cihaur 1 sejak usia 13 tahun, setelah ayahnya menikah dengan warga di wilayah tersebut.

”Kalau ibadahnya termasuk bagus, dia juga sering azan dan ngaji. DS pun berprestasi di sekolahnya,” ujar dia.

Setelah lulus SMK, DS melanjutkan pendidiknya ke Perguruan tinggi di Bandung karena mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Namun, ia menilai saat kuliah perilaku dan pemikiran DS tentang ibadah serta agama mulai berbeda.

Keduanya bakan sempat berdebat terkait pandangan agama. DS juga diketahui banyak membahas soal jihad dan mati di jalan yang mulia. Bahkan, mengenai jaminan masuk surga apabila gugur dalam berjihad.

"Kami berdebat cukup keras soal pandangannya yang keliru. Apalagi soal cita-citanya mati mulia jika berjihad terhadap apa yang dianggapnya salah," kata dia.

Menurut dia, DS juga memiliki agenda rutin setiap pekannya seperti pengajian di tempat dosennya di Bandung. Diduga, pengajian itu khusus untuk kelompok mereka.

Ahmad mengaku, sudah menyampaikan perubahan sikap dan perilaku dari DS kepada pihak keluarga, termasuk pernyataan dari masyarakat soal gerakan dan bacaan ibadah yang sedikit berbeda. Akan tetapi, ayah dari DS itu mengaku sudah sulit untuk membina anaknya tersebut dan justru menyerahkan putranya pada Ahmad.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat