PIKIRAN RAKYAT - Sesepuh dan para tokoh Sumedang mengecam dan kecewa berat dengan adanya kesalahan aksara (huruf-red) dan basa (bahasa-red) Sunda, pada penulisan pepatah dan pribahasa sunda yang tertulis atau terukir di lantai Alun-alun Sumedang, Jawa Barat.
Alun-alun tersebut baru direnovasi 14 Maret 2020 lalu.
Kesalahan tersebut, dinilai fatal karena merusak makna dan arti pepatah dan pribahasa sunda warisan para leluhur, termasuk merusak Bahasa Sunda sebagai Bahasa Indung.
Baca Juga: Adik Gus Dur KH Hasyim Wahid Meninggal Dunia, Irfan Wahid: Dimakamkan di Jombang
Kesalahannya bermacam-macam. Ada kesalahan karena kurang huruf, bahkan ada pula kesalahan penulisan.
Akibat berbagai kesalahan tersebut, menyebabkan arti dan maknanya pun keliru, bahkan bertolak belakang dengan arti dan makna pepatah yang sebenarnya.
Dengan kesalahan tersebut, sejumlah tokoh Sumedang meminta Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Disparbudpora) dan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kab. Sumedang yang merenovasi Alun-alun Sumedang, segera memperbaiki kesalahan tersebut.
Baca Juga: Geram dengan Tindakan Anak Angkatnya di Pesantren, Ashanty: Belum Apa-apa Udah Cari Masalah kan?
Jika tidak, bisa mencemarkan nama baik Kab. Sumedang. Bahkan kontra produktif dengan program Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS) atau Sumedang Pusat Budaya Sunda. Kesalahan itu juga, dinilai oleh mereka sangat ironis.
“Kami kecewa berat bahkan protes keras dengan kesalahan aksara dan basa Sunda pada penulisan pepatah dan pribahasa Sunda yang ditulis di lantai Alun-alun Sumedang. Tulisan di lantai itu, papagon atau pepatah Sunda yang harus dijungjung tinggi dan dilestarikan masyarakat Sunda, khususnya di Sumedang. Kami minta kesalahan itu segera diperbaiki. Kesalahan aksara dan basa Sunda, bisa mengakibatkan salah arti dan makna dari papagon yang semestinya,” kata Ketua Rukun Wargi Sumedang (RWS) Puseur Iwa Kuswaeri di Sumedang, Jumat, 31 Juli 2020.