kievskiy.org

Bencana Alam di Jawa Barat Bukan karena Cuaca tapi Ulah Manusia, Deforestasi Ugal-ugalan

Kondisi rumah warga Braga yang terdampak Banjir pada 11 Januari 2024 malam WIB.
Kondisi rumah warga Braga yang terdampak Banjir pada 11 Januari 2024 malam WIB. /Pikiran Rakyat/Kholid

PIKIRAN RAKYAT - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat menyatakan, berbagai bencana alam yang terjadi di Jawa Barat belakangan ini bukan hanya karena faktor cuaca. Perubahan bentang alam yang disebabkan alih fungsi kawasan, berdampak terhadap munculnya bencana-bencana itu.

"Perlu diketahui wilayah Provinsi Jawa Barat tahun ke tahunnya telah mengalami deforestasi serta degradasi kawasan hutan yang signifikan, bentang alam yang berubah, disebabkan alih fungsi kawasan yang berlebihan, baik di daerah pedesaan, rural, hingga di daerah urban yang semakin memberikan dampak buruk terhadap keberlangsungan lingkungan," kata Direktur Eksekutif Walhi Jabar Wahyudin dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 12 Januari 2024.

Merujuk data yang terhimpun di opendata.Jabar, per tahun 2022, terdapat lahan kritis seluas 907.683,68 hektare di Jabar. "Kami menduga jumlah luasan lahan kritis tersebut semakin tahun semakin terus bertambah seiring dengan intervensi berbagai kegiatan yang salah satunya rencana-rencana kegiatan infrastruktur serta pembangunan proferti, tambang dan maraknya izin wisata alam di Jawa Barat semakin tidak dapat terhindarkan hingga tahun ini. Baik yang eksisting maupun yang sedang terus dipaksakan dijalankan di bangun," ucapnya.

Lahan Kabupaten Bandung misalnya, seluas 46.678,84 hektare dengan status sangat kritis. Kabupaten Bandung Barat seluas 53.018,62 hektar, Kota Bandung 837,42 hektar dan Kota Cimahi 616,03 hektar.

Warga berjalan melewati banjir di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/1/2024). Berdasarkan data sementara BPBD Kabupaten Bandung, ribuan bangunan terendam dan 40 ribu jiwa warga di total enam kecamatan di Kabupaten Bandung terdampak banjir akibat meluapnya aliran Sungai Citarum yang terjadi pada Kamis (11/1/2024) malam.
Warga berjalan melewati banjir di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/1/2024). Berdasarkan data sementara BPBD Kabupaten Bandung, ribuan bangunan terendam dan 40 ribu jiwa warga di total enam kecamatan di Kabupaten Bandung terdampak banjir akibat meluapnya aliran Sungai Citarum yang terjadi pada Kamis (11/1/2024) malam.

Walhi menduga jumlah luasan tersebut semakin bertambah memasuki pada 2024. "Tentunya hal tersebut adalah salah satu factor penyebab terjadinya penyusutan tutupan lahan (Tuplah) di Bandung Raya, dan semua itu tidak lepas dari berbagai akvitas manusia, selain manusia kebijakan pemerintah pun paling dominan juga memberikan kontribusi kuat terhadap masalah tersebut," ucapnya.

Lahirnya Perpu Cipta Kerja juga memberikan dampak signifikan di mana semua Kabupaten/Kota dan Provinsi dapat merevisi RTRW yang mengharuskan setiap kawasan terintegrasi.

"Dapat kita baca bersama dugaan paling kuat adalah perubahan fungsi kawasan tersebut agar dapat mendukung segala rencana pembangunan di Jawa Barat supaya lancar terus tampa mengalami hambatan apapun. Perpres 87 tahun 2021 ttg percepatan pembangunan Rebana dan Jawa Barat bagian selatan menambah beban lingkungan yang serius ke depan jika ini akan terus di paksakan oleh pemrintah maka tidak menutup kemungkinan muaranya bencana," ucapnya.

Kejadian bencana yang terjadi pada Kamis 11 Januari 2024 serentak di Bandung Raya merupakan akumulasi kegiatan yang tak mempertimbangkan keberlangsungan lingkungan serta keselamatan manusia. Kegiatan tersebut merubah bentang alam di kawasan hulu hingga hilir.

"Misal perubahan bentang alam di KBB dan kota Cimahi salah satu faktor penyebabnya adalah perubahan bentang alam oleh Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), tidak luput juga alih fungsi di dua kabupaten kota tersebut tidak lepas dari kegiatan maraknya pembanguna properti dan izin wisata alam baik di hilir hingga kawasan hulu," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat