PIKIRAN RAKYAT - Elemen masyarakat yang berpakaian hitam kembali menggelar demonstrasi di depan Gedung Sate Bandung. Hanya saja, kali ini tak ada kalimat memprovokasi petugas yang disampaikan oleh mereka. Berdasarkan pantauan, terlihat kelompok yang tergabung dalam Front Aliansi Tatar Sunda itu menggelar aksi secara damai.
Mereka secara bergantian menyampaikan orasi dari atas kendaraan. Sementara itu, di depan Gedung Sate petugas kepolisian berjaga melakukan pengamanan. Ruas jalan di depan Gedung Sate tetap lancar ketika elemen masyarakat itu menggelar aksi.
Seorang peserta aksi Agus Satria mengatakan, menolak atau tidak omnibus law, aksi yang dilakukan mestinya tak dilakukan secara anarkis. Dia pun meminta kepada siapapun agar tetap menjaga kondusivitas terutama di Kota Bandung. Dia menilai Sumpah Pemuda yang diperingati hari ini dapat jadi tonggak persatuan.
Baca Juga: Buat Pemula, Ini Tips Main Mobile Legends agar Cepat Sampai Mythic
"Menolak atau tidak omnibus law kalau mau aksi jangan anarkis. Tetap jaga ketertiban," kata dia.
Peserta aksi lainnya, M. Ijudin menuturkan, aksi yang berujung ricuh di Kota Bandung justru merugikan bagi masyarakat karena ada penutupan jalan tol hingga fasilitas umum yang dirusak. Dia menilai hal tersebut bukanlah menjadi ciri masyarakat Sunda yang dikenal santun dan mencintai perdamaian.
"Contoh seperti ditutupnya akses tol jalan, dirusaknya fasilitas umum, itu bukan ciri khas masyarakat Sunda disini, jadi kita di sini menyuarakan mari kita bersama sama di momentum Sumpah Pemuda ini untuk bersama sama menyuarakan keamanan dan ketertiban," kata dia.
Baca Juga: Cair Hari Ini, Simak 3 Cara Cek Kuota Internet Gratis Kemendikbud Tahap 2
Sebelumnya, tiga kali demonstrasi menolak omnibus law yang digelar di depan Gedung DPRD Jabar berujung ricuh. Di antara massa itu, terlihat sekelompok elemen masyarakat yang mengenakan pakaian hitam terlibat dalam kericuhan.