kievskiy.org

Kesiapan Tempur TNI Tak Memadai, Investasi Alutsista Mendesak

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menko Polhukam Mahfud MD (kiri), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (ketiga kiri), Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (ketiga kanan) dan Dirut PT Dirgantara Indonesia (Persero) Elfien Goentoro (kanan) meninjau pameran alutsista di sela-sela Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan, TNI dan Polri di Kantor Kemhan, Jakarta, Kamis, 23 Januari 2020. *
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menko Polhukam Mahfud MD (kiri), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (ketiga kiri), Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (ketiga kanan) dan Dirut PT Dirgantara Indonesia (Persero) Elfien Goentoro (kanan) meninjau pameran alutsista di sela-sela Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan, TNI dan Polri di Kantor Kemhan, Jakarta, Kamis, 23 Januari 2020. * /ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk memodernisasi alutsista TNI yang sudah tua dan usang. Upaya pemerintah, sejatinya bukan tanpa alasan yang tidak jelas.

Dalam situasi sekarang, TNI tidak memiliki kesiapan tempur yang memadai di mana jumlah alpalhankam dan amunisi terbatas. Sebagian alpalhankam bahkan sudah tua dan tidak beroperasi dengan optimal.

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Rizal Darma Putra mengapresiasi rencana strategis percepatan peremajaan alusista yang kini disusun oleh Kementerian Pertahanan.

“Ini akan memiliki kepastian investasi pertahanan selama 25 tahun. Hal yang selama ini tidak pernah bisa dilakukan,” kata Rizal.

Berdasarkan informasi yang Lesperssi terima, pemerintah tengah menyusun strategi pembiayaan investasi alat utama pertahanan. Pertama, persentase anggaran pertahanan terhadap PDB 0,8% yang konsisten selama 25 tahun ke depan.

Baca Juga: Bertemu Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto Selipkan Pesan Khusus Soal Nama Eddy Sukardi

Kedua, jumlah anggaran pemenuhan alpalhankam prioritas pada 2020-2024 sebesar USD 125 miliar. Ketiga, mengupayakan sumber pendanaan alternatif untuk mengurangi beban pemenuhan alpalhankam terhadap keuangan negara.

"Meskipun angkanya terdengar fantastis, kami beranggapan USD 125 miliar untuk membeli alutsista selama 25 tahun itu kecil bahkan cenderung konservatif bila dibandingkan dengan potensi PDB Indonesia selama 25 tahun,”

Rizal mengemukakan, selama ini belanja pertahanan Indonesia juga terus turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi dalam enam tahun terakhir di mana pada 2013 mencapai 0,9% dari PDB dan kini 0,78% dari PDB.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat