kievskiy.org

Dua Kabupaten Darurat Kekeringan

SALAH seorang warga di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, DIY terlihat melintas dan mencari sumber air ditengah terik matahari, Selasa (18/8/2015). Dua kabupaten di DIY, yaitu Gunungkidul dan Bantul sudah dinyatakan darurat kekeringan.*
SALAH seorang warga di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, DIY terlihat melintas dan mencari sumber air ditengah terik matahari, Selasa (18/8/2015). Dua kabupaten di DIY, yaitu Gunungkidul dan Bantul sudah dinyatakan darurat kekeringan.*

YOGYAKARTA, (PRLM).- Dua kabupaten di DIY menyatakan darurat kekeringan. Pasalnya, dampak kemarau panjang membuat masyarakat di dua kabupaten, yaitu Gunungkidul dan Bantul susah mendapatkan air. Beberapa sumber air dan sungai pun sudah mengering. Di Kecamatan Girisubo, Kab. Gunungkidul misalnya, warga yang ingin mendapatkan air bersih harus membli hingga Rp 100 ribu untuk dua 50 liter air. "Harus beli kalau mau mendapatkan air bersih. Tiap tahun sudah seperti itu. Lumayan juga kami harus merogoh kocek hingga ratusan ribu untuk dapatkan puluhan liter air," ucap Surto (50), warga setempat. Surto mengatakan di Gunungkidul memang wilayahnya tadah hujan. Sumber air tidak terlalu banyak. "Sebagian besar petani pun akhirnya beralih ke palawija. Kami kian hari kian susah. Apalagi kekeringan masih sampai November. Dropping air yang diberikan pemerintah tidak merata ke semua desa," tuturnya. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih menunggu pengajuan status darurat kekeringan dari tingkat kabupaten. Jika seluruhnya sudah mengajukannya, maka akan segera menetapkan status darurat. “Status darurat masih menuggu usulan dari semua kabupaten,” kata Pelaksana harian (Plh) Kepala BPBD DIY, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat. Ia mengatakan, saat ini meskipun sudah ada masyarakat yang merasa kekurangan air namun semua BPBD kabupaten belum mengajukan kenaikan status ke provinsi. Sebab, BPBD tidak akan mengajukan ke Gubernur jika tidak ada permintaan dari daerah. “Sekarang BPBD DIY masih menunggu. Jika kabupaten belum mengajukan ke provinsi dan belum dikatakan tidak ada air sama sekali maka provinsi belum menetapkan,” katanya. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Administrasi Umum Setda DIY ini mengungkapkan, empat kabupaten di DIY (Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dan Sleman) saat ini memang sudah merasakan musim kemarau. Masing-masing sudah mendapatkan pasokan air bersih. Selain droping air, lanjutnya, langkah yang dilakukan adalah mendekatkan sumber air kepada warga dengan pemasangan pipa. "Air dari sungai kita angkat ke pipa, lalu dialirkan ke warga. Anggaran dari BTT (bantuan tidak terduga) APBD DIY," kata Gusti Yudho. Ia mengungkapkan, sejauh ini hanya dua kabupaten yakni Bantul dan Gunungkidul yang sudah mengusulkan agar Pemda menetapkan status darurat kekeringan. Namun, sampai saat ini usulan tersebut dinilai belum maksimal. "Itu (status darurat kekeringan) tergantung Gubernur," ujarnya. Namun demikian, ia menilai ada hal lain yang perlu diwaspadai. Yakni rekahan pada tebing-tebing yang akibat musim kemarau. Rekahan ini dikhawatirkan akan menimbulkan longsor saat memasuki awal musim hujan. “Dikhawatirkan saat hujan deras pertama nanti langsung ambrol. Ini agak lumayan gawat sebetulnya,” ucapnya. Kepala Dinas Sosial DIY, Untung Sukaryadi mengaku tidak masalah dengan pasokan air bersih di kabupaten yang membutuhkan. "Sampai saat ini (droping air bersih) masih terus berjalan. Kabupaten minta, kita suplai," katanya. Dinas Sosial mengalokasi 830 tangki air untuk didistribusikan kepada kabupaten/kota di DIY. Sebanyak 530 tangki dibiayai oleh APBD DIY, sedangkan 300 tangki dialokasikan dari APBN. (Wilujeng Kharisma/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat