kievskiy.org

Warga Terdampak Bandara Kulonprogo Duduki Halaman Kantor Pemkab

MINTA kepastian relokasi tempat tinggal, sejumlah keluarga terdampak pembangunan bandara Kulonprogo menduduki halaman depan kantor Sekretariat Daerah (Setda) Pemerintah Kabupaten (pemkab) Kulonprogo, Yogyakarta, Jumat (26/2/2016).*
MINTA kepastian relokasi tempat tinggal, sejumlah keluarga terdampak pembangunan bandara Kulonprogo menduduki halaman depan kantor Sekretariat Daerah (Setda) Pemerintah Kabupaten (pemkab) Kulonprogo, Yogyakarta, Jumat (26/2/2016).*

YOGYAKARTA, (PRLM).- Meminta kepastian relokasi tempat tinggal, sejumlah keluarga terdampak pembangunan bandar udara (Bandara) Kulonprogo menduduki halaman depan kantor Sekretariat Daerah (Setda) Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, Jumat (26/2/2016). Berbekal tikar, warga yang berasal dari lima desa terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) itu duduk dengan sabar menanti keputusan pemkab. Berbeda dari aksi sejenis lainnya, sekumpulan orang ini melakukan aksi yang cenderung damai. Dalam aksi tersebut, tak ada teriakan-teriakan tuntutan ataupun aksi ekstrem mogok makan sebagaimana aksi protes biasanya. Bahkan, tak satupun warga yang turun ke jalan dan mengganggu pengguna jalan lainnya. Sebaliknya, sejumlah panganan dan minuman terhampar di antara mereka. Beragam jenis makanan mulai dari nasi, lauk pauk, kue kering, kue tradisional, buah-buahan, hingga keripik tersaji di hadapan sejumlah warga tersebut. Minuman yang dibawa pun tak kalah banyak dan beragam. Selain beberapa kardus air mineral dan berbotol-botol minuman ringan, ada pula empat buah termos piknik warna-warni. “Termosnya isi kopi dan teh,” ujar Sugiyem, warga Dusun Kragon Ringgit, Desa Palihan, Kecamatan Temon. Sugiyem merupakan salah seorang dari warga terdampak pro bandara yang sudah berhari-hari bertahan di sana untuk memperjuangkan relokasi gratis. Dari total 350 warga yang ikut serta dalam aksi ini, semuanya dibagi menjadi 3 sesi yang akan bergantian melakukan aksi ini. Sesi yang dibagi menjadi pagi, siang, dan malam ini akan diikuti oleh minimal 10 orang tiap sesinya. Namun, tak semua warga yang mendukung bisa ikut melakukan aksi demo ini. Sejumlah warga yang ikut merupakan warga yang memiliki pekerjaan yang bisa ditinggal seperti peternak ayam ataupun petani cabai. Sedangkan yang bekerja sebagai pegawai jelas tidak memungkinkan untuk ikut kecuali berkunjung di malam hari. Meski demikian, tiap sesi selalu ramai dipenuhi warga yang antusias mempertanyakan nasib mereka setelah bandara berdiri. Sambil saling bercengkerama, mereka duduk santai seakan-akan sedang berada di halaman rumah. Meski demikian, tuntutan mereka tegas yakni relokasi gratis. Ditemani dengan berbagai spanduk yang diikatkan ke pohon di sekitarnya, tertuang aspirasi warga yang tegas menyatakan diri pro bandara ini. Selain itu, ada pula spanduk putih panjang yang penuh dengan tanda tangan warga yang mendukung aksi ini, sebagai bukti bahwa mereka kompak akan tuntutannya.Aksi ini mereka nyatakan sebagai aksi prihatin namun tetap tak mengganggu warga sekitar. Mereka juga sadar bahwa area yang mereka gunakan sepenuhnya merupakan fasilitas publik maka disediakanlah tong sampah dan sapu yang khusus dibeli untuk kepentingan aksi ini. (Wilujeng Kharisma/A-88)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat