kievskiy.org

BNPT Awasi Ketat WNI yang Pulang dari Suriah

YOGYAKARTA, (PR).- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan pengawasan ketat pergerakan WNI yang pulang dari Suriah dan kembali ke Indonesia. Langkah ini ditempuh untuk mengantisipasi adanya ancaman nyata terorisme yang di otaki ISIS. Pengawasan itu diperlukan setelah BNPT melakukan penyelidikan dan membuktikan adanya kemiripan modus operandi teror bom di Prancis, Brusel dan MH Tamrin Jakarta. Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT Kombespol Fachrudin saat rakor dan sharing informasi dalam rangka penanggulangan terotrisme di Yogyakarta, Minggu 3 April 2016) mengatakan terorisme itu bukan masalah dari satu negara saja tetapi sudah menjadi permasalahan global. I Dia menekankan kejadian teror di negara lain, bisa terjadi di negara Indonesia. "Itu telah dibuktikan dalam kasus bom Tamrin, ada kesamaan dengan prancis. Dari hasil proses penyidikan di lapangan, ada perintah dari ISI di Suriah untuk melakukan hal yang sama di negera kita, mereka juga memberikan dukungan dana," ucapnya. Terkait kesamaan modus tersebut, BNPT menekankan perlu adanya pengawasan ketat setiap pergerakan WNI eks Suriah yang kembali ke Indonesia. Hingga saat ini pihaknya mencatat ada sekitar 500 WNI yang kembali ke Indonesia. Fachrudin mengatakan orang-orang yang berangkat ke Suriah sebelumnya melalui jalan-jalan yang tidak benar dan ikut berperang. Mereka biasanya memanfaatkan jaringan tenaga kerja, atau umroh. Motivasi mereka ke Suriah dijelaskannya bisa dari faktor ekonomi, saling memiliki, dan sepaham. "Untuk itu perlu pengawasan, monitoring dan jaringan komunikasi intelejen yang kuat. Kalau sudah bisa mendeteksi, sepanjang mereka tidak melakukan kejahatan atau aksi teror ya tidak apa-apa. Yang harus diwaspadai apabila mereka menyebarkan ajaran-ajaran radikal. Kalau jelas (terbukti) tangkap," tuturnya. Sementara itu, langkah deteksi dini sudah dilakukan oleh TNI AD. Kasi Intel Korem 072 Pamungkas, Kolonel Infanteri Helmi mendeteksi adanya gerakan mencurigakan di Yogyakarta terkait organisasi tertentu yang menyerupai kelompok petarung jalanan. Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat jangan apatis dan menggairahkan lagi rasa tepo sliro. "Sehingga akan terwujud rasa peduli dengan keadaan di sekitar termasuk gejala munculnya gerakan atau faham radikal dan dapat segera ditangkal,” katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat