kievskiy.org

#KlipingPR Uang Kuno yang Ternyata tak Bernilai

3 Juni 1983. Masyarakat Indonesia saat itu digemparkan dengan penemuan dua lembar uang kuno keluaran tahun 1910. Abdul Kadir (44) menemukan dua lembar uang kuno dalam kamus bekas Inggris-Indonesia yang dibelinya di sebuah pasar loak di Cirebon.

Uang kuno yang diduga sangat bernilai itu terselip di antara lembaran kamus. Setiap lembarnya bernilai 1.000 Mark, dicetak di Berlin pada 21 April 1910.

Penemuan tersebut menjadi pemberitaan hangat di sejumlah media. Kabar penemuan tersebut juga bahkan menarik kolektor uang kuno untuk mendapatkan dua lembar Mark yang dimiliki Abdul Kadir tersebut.

Seorang warga asal Palembang, Hermanto diketahui berminat untuk membeli uang kuno tersebut dari Abdul Kadir. Ia mengirimi Abdul Kadir sepucuk surat, yang menawar dua lembar uang kuno nya sebesar Rp 300.000.

Namun melihat minat orang terhadap uang kuno yang ditemukannya, Abdul Kadir yang bekerja sebagai sopir Kanwil Proponsi NTB tidak rela melepaskannya. Ia menunggu penawaran yang lebih tinggi terhadap uang kuno temuannya.

Diberitakan, atas anjuran seorang warga lainnya asal Medan, Abdul Kadir kemudian mengirimkan salinan gambar (foto copy) uang kuno tersebut kepada Ketua Pengumpulan Penggemar Koleksi Mata Uang, Hitler Natasuwarna yang berada di Bandung. Abdul Kadir berharap mendapatkan penjelasan mengenai nilai sebenarnya.

Pikiran Rakyat saat itu mendatangi langsung kediaman Natasuwarna. Saat ditemui, ternyata Natasuwarna memiliki puluhan lembar uang yang jenis dan tahun pengeluarannya persis sama dengan uang kuno yang salinan gambarnya baru saja diterima dari Abdul Kadir.

Dia kemudian menjelaskan, seri uang kuno yang telah menggemparkan masyarakat itu ternyata seri uang kuno inflasi Jerman yang kurang nilainnya di mata para pengumpul uang. Ini karena uang tersebut telah miliaran dicetak pada tahun 1910.

"Uang Jerman 1000 Mark tahun 1910 yang ditemukan itu ialah jenis uang inflasi Jerman. PAda waktu Jerman kalah perang dunia ke I, terjadi kehancuran ekonomi sebab Jerman harus membayar rampasan perang yang besar kepada sekutu. Sebab itu inflasi tidak terkendali tersebut kemudian menjadi hiper-inflasi," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat