kievskiy.org

Jaringan Dibangun di Berbagai Kalangan, Ancaman Radikalisme di Depan Mata

Radikalisme kini seolah menakutkan tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga dunia. Betapa tidak, ancaman radikalisme kini berada di depan mata. Lewat media sosial, propagandis radikalisme ini mencoba membangun jaringan dari berbagai kalangan. Laki-laki maupun perempuan, yang muda maupun dewasa.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), orang yang terpapar radikalisme ini didominasi kalangan muda yang berusia antara 21 sampai 30 tahun. Jumlahnya mencapai 60 persen. Sementara dominasi kedua diisi oleh mereka yang berada di bawah usia 21 tahun.

Menurut Kepala BNPT Suhardi Alius, jumlah ini terbagi lagi dalam beberapa bagian. Ada yang akhirnya masuk menjadi jaringan, ada yang hanya simpatisan, ada pula yang disebut kelompok leaderless jihad, atau bergerak sendiri.

"Yang bom panci, di Buah Batu itu kan jaringan. Ada juga fenomena yang terpapar radikal tapi perseorangan tadi," kata Suhardi usai menjadi pembicara dalam Mukernas II PPP di Ancol, Jakarta, Kamis 20 Juli 2017.

Suhardi mengatakan, propaganda yang tersebar cukup masif lewat sosial media tadi tak jarang membuat orang yang terpapar. Lalu terpicu untuk berani bertindak lebih jauh. Di antaranya ada yang mau melakukan aksi hingga berangkat ke Suriah. Sayang, apa yang ditawarkan para propagandis nyatanya tak seindah di bayangan.

"Ada tukang bakso asal Malang dijanjikan gaji Rp 12 juta untuk sopir tank, ternyata ditipu malah kerja di dapur ISIS. Mereka nggak bisa lepas sekarang," ujarnya.

Anak-anak dilatih militer

Menurut dia saat ini ada sekitar 400-an WNI di Suriah. Jumlahnya tidak hanya laki-laki dewasa tetapi juga perempuan dan anak-anak. Ironisnya anak-anak yang sudah sampai ke sana pun ikut dilatih militer. Tak heran kalau tugas BNPT semakin berat.
"Jadi anak-anak semacam ini yang sudah dididik (terorisme), kemudian kembali ke Indonesia berbahaya nggak?" ucapnya.

Jika sudah begini, tentunya peran semua elemen masyarakat harus dilibatkan dalam meredam radikalisme. Dia berharap peningkatan komunikasi keluarga dan lingkungan bisa menjadi cara yang ampuh untuk menekan ancaman ini.

Masyarakat yang selama ini memilih diam pun hendaknya ikut ambil bagian. "Semua elemen harus ikut berkontribusi mencegah paham tersebut merebak," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat