kievskiy.org

Pengungsi Butuh Lebih Banyak Selimut serta Kebutuhan Khusus Perempuan dan Balita

SEJUMLAH pengungsi korban tsunami Selat Sunda tertidur di tempat pengungsian, Jalan Labuan, Pandeglang, Banten, Kamis 27 Desember 2018. Memasuki hari ke lima pasca tsunami, kondisi pengungsi menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan karena rentan terserang berbagai penyakit./ARIF HIDAYAH/PR
SEJUMLAH pengungsi korban tsunami Selat Sunda tertidur di tempat pengungsian, Jalan Labuan, Pandeglang, Banten, Kamis 27 Desember 2018. Memasuki hari ke lima pasca tsunami, kondisi pengungsi menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan karena rentan terserang berbagai penyakit./ARIF HIDAYAH/PR

DALAM masa liburan akhir semester, lingkungan SDN Kalanganyar, Desa Kalanganyar, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten tak tampak lengang seperti sekolah lain pada umumnya. Kamis 27 Desember 2018 Sekolah itu justru dipadati ratusan orang dengan berbagai aktivitas yang sama sekali tak ada kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar.

Di halaman sekolah itu, sebuah tenda besar berdiri tegak dengan sejumlah petugas yang tampak sibuk dengan pekerjaannya. Sementara di dalam ruang-ruang kelas, sejumlah warga tampak berbaring santai sedangkan beberapa lainnya hilir mudik masuk dan keluar kelas-kelas tersebut.

Mereka memang bukanlah siswa atau tenaga pengajar di sekolah itu. Mereka adalah warga Kecamatan Labuan dan sekitarnya yang mengungsi karena rumah mereka terkena dampak tsunami, Sabtu 22 Desember 2018 dan banjir rob, Rabu 26 Desember 2018.

Raut sedih dan air mata memang sudah tak lagi menghiasi wajah mereka yang terlihat sudah siap bangkit dan meneruskan kehidupan seperti sedia kala. Namun kerinduan akan rumah tak bisa mereka sembunyikan mengingat senyaman apapun kondisi lokasi pengungsian jelas tak senyaman rumah sendiri.

Hal itu diakui oleh selah seorang pengungsi Budi (53). Ia mengaku bahwa badannya sudah mulai terasa sakit-sakit setelah sekitar empat malam harus tidur dengan hanya beralaskan karpet plastik di atas lantai keramik ruang kelas.

"Apalagi cuaca hujan beberapa hari terakhir membuat suhu udara relatif lebih dingin. Bantuan selimut masih terbatas sehingga keluarga saya hanya kebagian dua, padahal saya bersama istri dan tiga anak di sini," tutur Budi.

Akibatnya, kata Budi, ia terpaksa mengutamakan selimut tersebut untuk anak-anaknya. Ia sendiri akhirnya harus tidur tanpa selimut dan menahan udara dingin yang tak jarang mendera, terutama saat hujan turun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat