USIANYA sudah menginjak 31 tahun, namun Rasiti (31) warga Tritih Wetan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, baru pertama kali merasakan bekerja. Pengalaman pertamanya justru langsung berkontribusi dalam pemilihan umum (pemilu) 2019.
Dia bersama dengan tujuh penderita tuna daksa bisa bekerja setelah dilibatkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat. Ia bertanggung jawab untuk penyortiran dan pelipatan surat suara Pemilu 2019.
Rasiti yang tidak lulus SD, biasanya setiap hari hanya diam di rumah dan terkadang berkumpul dengan tuna daksa lainnya di sekretariat Bina Akses Cilacap. Namun, sejak dua hari terakhir, dia bekeja di bawah KPU Cilacap untuk menyortir dan melipat surat suara di Gedung Dwijaloka, Jalan Kalimantan No. 12, Kabupaten Cilacap, bersama dengan ratusan pekerja yang direkrut KPU untuk menyortir dan melipat suara suara.
Dalam sehari, dia mampu melipat kertas suara sebanyak 500 helai yang memenuhi satu kardus. Ia pun diberikan upah Rp50 ribu per kardus.
Menurut dia, selama ini tidak ada orang yang mau memperkerjakan seorang tuna daksa dan tidak berpendidikan. Rasiti memiliki cacat di bagian kaki sehingga sehari-harinya ia beraktifitas sambil duduk di atas kursi roda.
"Senang bisa bekerja, baru kali ini merasakan sebagai pekerja dan mendapat upah. Ini pengalaman pertama selama 31 tahun," kata Rasiti.
Melipat surat suara sebagai sampingan
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/02/UTPOXV1KIslp6xZ1xE8Qdav6RMhnkSNtKUIEwiq6.jpeg)
Tuna daksa yang lain, Ina Mariana (40),telah menjadi seorang penyandang disabilitas karena polio yang menyerangnya ketika masih kecil. Ia adalah lulusan D3 Sastra Perancis yang juga dilibatkan dalam penyortiran surat suara oleh KPU Cilacap. Sehari-harinya, ia bekerja sebagai administrasi di salah satu apotek di Jerukligi.
"Saya ijin tidak masuk kerja di apotek untuk sementara waktu. Kalau urusan melipat kertas suara selesai, saya masuk kantor lagi. Melipat suara kerja sampingan, sebab honornya lumayan, sehari bisa dapat Rp50 ribu," kata Ina yang fasih berbahasa Perancis.