kievskiy.org

Pidato Politik Jokowi Tunjukkan Optimismenya di Periode Kedua

PRESIDEN terpilih Joko Widodo menyampaikan pidato pada Visi Indonesia di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat Minggu, 1 4 Juli 2019. Joko Widodo menyampaikan visi untuk membangun Indonesia di periode kedua pemerintahannya, di antaranya pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, investasi, reformasi birokrasi, serta efektivitas dan efisiensi penggunaan APBN.*/ANTARA FOTO
PRESIDEN terpilih Joko Widodo menyampaikan pidato pada Visi Indonesia di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat Minggu, 1 4 Juli 2019. Joko Widodo menyampaikan visi untuk membangun Indonesia di periode kedua pemerintahannya, di antaranya pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, investasi, reformasi birokrasi, serta efektivitas dan efisiensi penggunaan APBN.*/ANTARA FOTO

JAKARTA, (PR).- Optimisme dinilai terpancar dalam pidato presiden terpilih untuk periode 2019-2024, Joko Widodo, pada acara Visi Indonesia di Sentul International Convention Center di Bogor, Jawa Barat, Minggu, 14 Juli 2019. Hal itu dinilai karena ia sudah memahami ttik persoalan selama memerintah di periode 2014-2019.

Pada pidatonya, Joko Widodo menyampaikan visi untuk membangun Indonesia di periode kedua pemerintahannya. Di antaranya, pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, investasi, reformasi birokrasi, serta efisiensi dan efektivitas penggunaan APBN.

Menanggapi isi pidatonya, pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wahyudi Akmaliah, mengatakan, visi ke depan untuk membangun Indonesia bisa dinilai lebih baik. Ini dibarengi dengan sikap optimistis Jokowi yang terlihat dalam pidato tersebut plus rekam jejak kepemimpinannya di periode pertama. Menurut Wahyudi, Jokowi tidak hanya belajar, tetapi memahami titik persoalan.

“Dia paham kelemahan Indonesia di tengah arus globalisasi yang menuntut kecepatan sekaligus kecermatan. Birokrasi yang efisien dan efektif merupakan kunci utama dalam konteks ini. Apalagi di beberapa kementerian sedang mengarah ke sana dengan adanya reformasi birokrasi sebagai bagian dari tuntutan keadaan situasi global,” ucap Wahyudi.

Di sisi lain, periode ini merupakan periode terakhir Jokowi sehingga dia tidak memiliki beban lagi seperti periode pertama. Namun, optimisme ini harus dilihat juga dengan susunan menteri yang diusung oleh Jokowi dengan melihat skema antara repsentasi partai politik dan profesional atau teknokrat.

“Harus diakui, koalisi saat ini merupakan paling gemuk. Mau tidak mau, harus mengakomodasinya sebagai bagian dari stabilitas politik untuk menjalankan agenda infrastrukturnya, juga upaya pembangunan SDM sebagaimana dicanangkan,” ucapnya.

Bentuk optimisme Jokowi juga diperlihatkan lewat diksi “hajar” atau “bubarkan” yang dia gunakan dalam pidatonya. Ini bisa jadi merupakan perlawanan atas sentimen negatif yang selama ini menganggap dirinya lemah. 

“Periode terakhir tanpa beban untuk memenangkan pertarungan, harus diakui memunculkan sikap keberanian lebih jauh dalam kebijakan dan sejumlah risiko yang mungkin akan ditanggungnya,” ucap dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat