PIKIRAN RAKYAT – Jika Bandung dan daerah lainnya, sempat punya fenomena penganiayaan oleh remaja yang bergerombol di jalanan, dengan mengatas namakan geng motor.
Lain halnya dengan Yogyakarta, yang memiliki fenomena sendiri, bernama klitih.
Klitih ini meresahkan warga Jogja, hingga menjadi topik yang merajai untuk dibicarakan netizen pengguna Twitter.
Baca Juga: Bertolak ke Bengkulu, Presiden Jokowi akan Resmikan Monumen Fatmawati Sukarno Hari Ini
Belakangan juga tersebar gambar pernyataan warga Jogja tidak kuat lagi dengan fenomena klitih, di grup-grup Facebook.
Tagar jogjadaruratklitih bertebaran, ditambah tuntutan agar pemerintah daerah maupun nasional memperhatikan klitih, yang menjatuhkan cukup banyak korban.
Namun, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta berharap kasus kejahatan jalanan atau yang kerap disebut klitih di Yogyakarta tidak selalu dikaitkan dengan persoalan latar belakang sekolah.
Meski pun diakui, pelakunya rata-rata berusia remaja.
"Sekarang sekolah harus dibebaskan dari predikat klitih itu. Kalau ada pelaku klitih tertangkap, ya, tidak harus ditanya (di mana) sekolahnya," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Disdikpora DIY Bambang Wisnu Handoyo, seusai diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) mengenai penanganan klithih di Mapolda DIY, Selasa, 5 Februari 2020.
Dilansir Antara, menurut Bambang, selama ini persoalan kekerasan atau kejahatan jalanan di Yogyakarta itu tidak jarang dikaitkan dengan faktor keluarga, pola asuh, serta sekolah.
Baca Juga: Perusahaan Tak Beri Upah Sesuai UMK 2020 Bisa Terancam Pidana