kievskiy.org

Dua Menteri Jokowi Adu Pendapat soal Minyakita, Dosen Unpad Sebut Ada Ego Sektoral dan Politik

Ilustrasi produk Minyakita yang mulai langka, simak tanggapan dosen Unpad.
Ilustrasi produk Minyakita yang mulai langka, simak tanggapan dosen Unpad. /Pikiran Rakyat/Ririn Nur Febriani Pikiran Rakyat/Ririn Nur Febriani

PIKIRAN RAKYAT - Ketangguhan dan soliditas pemerintah diuji lagi. Kali ini terkait dengan langkanya minyak goreng subsidi bernama Minyakita yang sudah berlangsung sejak dua minggu lalu. Harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 14.000 per liter, kini sudah bertengger di atas itu.

Rakyat kecil akhirnya menjadi korban dari kelangkaan minyak goreng. Padahal, sejak diluncurkan awal tahun 2022 lalu atau sudah berjalan sekira satu tahun, baru kali ini Minyakita langka, bahkan menghilang. Ada dugaan, pemerintah kurang awas dalam melakukan tugas. Bisa juga hal ini akibat ada pihak yang menimbun terkait tahun politik dan kian dekatnya bulan puasa yang akan diikuti Hari Raya Idulfitri 1444H/2023M.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menuding, banyak hal yang menjadi penyebab langkanya Minyakita di pasaran. Ia menilai, Minyakita langka karena penurunan penyaluran untuk kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).

Berdasarkan data Zulkifli, realisasi pemenuhan minyak goreng DMO bulanan turun dari 100,94 persen pada November 2022 menjadi 86,31 persen sebulan setelahnya. Penurunan DMO berlanjut pada Januari 2023 menjadi 71,81 persen atau merosot dari target pemenuhan bulanan sebesar 300.000 ton.

Baca Juga: Minyak Goreng Subsidi Langka, Mendag Larang Minyakita Dijual di Supermarket dan Online

"Dampak penurunan DMO mengakibatkan terjadinya penurunan pasokan minyak goreng di masyarakat, sehingga harga minyak goreng rakyat mengalami kenaikan," ujar Zulkifli.

Menteri Perdagangan juga menyalahkan program biodiesel B35 ikut menjadi biang kerok penyebab Minyakita langka di pasaran. Program itu diduga meningkatkan penggunaan CPO selaku bahan baku minyak goreng. Dalam program B35, pemerintah akan meningkatkan persentase campuran bahan bakar bakar nabati ke dalam bahan bakar minyak jenis solar dari 20 persen pada B20 menjadi 35 persen.

"B20 nyedot CPO 9 juta, begitu berubah jadi B35 tambah 4 juta jadi 13 juta disedot," ujar Zulhas.

Alasan lainnya adalah kualitas Minyakita bagus. Zulkifli menyebut, kelangkaan Minyakita dipicu aksi serbu masyarakat karena kualitasnya premium dengan harga yang murah. Selain itu, Minyakita juga mudah ditemukan di mana saja. Padahal, jatah DMO minyak goreng hanya 300.000 ton per bulan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat