kievskiy.org

6 Warga Pulau Rempang Batam Diamankan, Dianggap Sebagai Provokator dan Halangi Proses Pemasangan Patok

Ribuan aparat diterjunkan dalam proses pengukuran lahan di Pulau Rempang.
Ribuan aparat diterjunkan dalam proses pengukuran lahan di Pulau Rempang. /Instagram/@fraksirakyat_id

PIKIRAN RAKYAT – Warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau terlibat bentrok dengan aparat gabungan dari Polri, TNI, Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP pada Kamis, 7 September 2023. Bentrok tersebut terjadi saat proses pemasangan patok dan pengukuran tanah di Pulau Rempang Galang.

Adapun Pulau Rempang nantinya akan dijadikan Kawasan Bisnis Rempang Eco City. Pembangunan ini pun berdampak pada 10.000an warga Rempang yang tinggal di 16 Kampung Melayu Tua.

Hunian yang telah ditinggali warga Pulau Rempang secara turun temurun sejak 1834 terancam digusur. Tak hanya itu, KLHK disebut rela melepaskan 7.560 hektare kawasan hutan yang penting bagi kelestarian ekosistem demi menyukseskan proyek tersebut.

Masyarakat yang mencoba memperjuangkan tanah mereka justru mendapat serangan dari aparat yang harusnya melindungi. Dilansir dari unggahan Instagram @fraksirakyat_id pada Kamis, 7 September 2023,  untuk melancarkan proses pengukuran PT Makmur Elok Graha (MEG), kurang lebih 1.000 petugas gabungan diterjunkan.

Baca Juga: Kapolda Kepri Klaim Tindakan Aparat di Pulau Rempang Sudah Tepat

Bahkan mereka dipersenjatai dengan peluru karet dan gas air mata untuk menghadapi protes warga. Tak hanya itu, warga disebut dihajar aparat hingga berdarah-darah, dan aparat menembakkan gas air mata secara membabi buta.

Parahnya, penembakan gas air mata oleh aparat tak hanya dilakukan kepada kerumunan warga yang menolaj pemasangan patok dan pengukuran lahan. Sekolah Dasar juga jadi sasaran penembakan gas air mata hingga membuat siswa serta guru pontang-panting.

Sejumlah siswa sekolah menjadi korban penembakan gas air mata oleh aparat gabungan. Bahkan mereka berujung dirawat di rumah sakit.

Aparat juga menangkap 6 warga yang dianggap menjadi provokator dalam kisruh tersebut. Padahal 6 warga tersebut hanya mencoba melindungi tanahnya sendiri.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat