kievskiy.org

Cigarettes After School, Anak Muda Lebih Pilih Tak Jajan daripada Tak Merokok

Ilustrasi rokok.
Ilustrasi rokok. /Pixabay/Robert Owen-Wahl

PIKIRAN RAKYAT – Peredaran rokok eceran menjadi tantangan dalam mengurangi konsumsi tembakau di kalangan remaja Indonesia. Hal ini disebabkan maraknya pedagang informal yang menjual rokok eceran dengan harga murah dan akses yang lebih mudah didapat.

Salah seorang anak muda, Kholid, mengakui kian mudahnya akses terhadap pembelian rokok saat ini. Semua warung, kedai, bahkan unit bisnis yang lebih mapan seperti minimarket, supermarket, dan pusat perbelanjaan, hampir selalu dibanjiri produk rokok dan nikotin.

“Semakin ke sini semakin gampang (beroleh rokok). Harganya memang ada kenaikan dari tahun ke tahun, tapi daya beli juga menguat, jadi tetap saja dibeli,” ucap Kholid ketika ditemui di Jalan Lombok, Bandung, Kamis, 14 Desember 2023.

Kholid bercerita, mulai pertama kali mencoba rokok pada usia 10 tahun. Kebergantungan terhadap rokok semakin terasa sejak duduk di kelas VIII. Dalam sehari, ia bisa mengisap 5 batang rokok.

“Meski waktu itu masih dijatah uang jajannya oleh orangtua, tetap harus merokok. Caranya, dicukup-cukupin. Lebih baik enggak jajan minuman atau makanan daripada enggak merokok,” katanya.

Data fakta rokok.
Data fakta rokok.

Kini, dalam sebulan ia biasanya mengonsumsi rata- rata 2 slop rokok. Jumlah itu bisa berkurang dan berlebih.

“Soalnya untuk kaum laki-laki, selain jadi standar maskulinitas, rokok juga jadi standar kondisi kita. Kalau kita lagi sakit, biasanya merokok kurang enak,” ucap Kholid.

Salah seorang pedagang rokok, Momon (50), membenarkan rokok semakin mudah didapat. Pedagang yang memiliki warung kecil di Jalan Lombok, Kota Bandung itu mengatakan, setiap orang bisa saja membeli rokok secara ketengan di warung, kios, atau bahkan penjaja kopi dan rokok keliling.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat