kievskiy.org

Pesan Jelang Debat Cawapres: Masyarakat Tak Suka Orang yang Menyakiti, dan Simpati pada Orang yang Disakiti

Tampilan tayangan Debat Cawapres 2024 yang akan digelar Jumat 22 Desember 2023.
Tampilan tayangan Debat Cawapres 2024 yang akan digelar Jumat 22 Desember 2023. /Youtube/KPU RI

PIKIRAN RAKYAT - Pakar Politik mengingatkan para Cawapres menjelang debat pada Jumat 22 Desember 2023. Hal itu berkaitan dengan sikap Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD pada saat debat nanti.

Pasalnya, proses debat Capres-Cawapres di Indonesia ini sudah mulai mengarah ke gaya Amerika Serikat (AS). Di Negeri Paman Sam, para kandidat Capres dan Cawapres berdebat dengan nuansa agitasi politik dan cenderung menjatuhkan orang.

"Akan tetapi, hal itu bukan karakter masyarakat Indonesia. Jadi masyarakat Indonesia itu inginnya orang yang santun, kalau menyerang tidak langsung pada persoalan, tetapi dengan bahasa-bahasa yang santun," ucap Pakar Politik, Mahi M Hikmat kepada Pikiran-Rakyat.com saat ditemui di Kantor Komisi Informasi, Kamis 21 Desember 2023.

Dia menuturkan, pada saat acara debat, masyarakat tidak hanya menilai kata-kata Capres-Cawapres. Namun, ekspresi dan gestur mereka juga dipertimbangkan.

"Ketika seseorang bertanya dengan Menyudutkan tapi dengan wajahnya yang seram, dengan wajahnya kelihatan benci, wah itu menjadi minus bagi masyarakat Indonesia. Karena masyarakat Indonesia itu tidak suka orang yang suka menyakiti, dan dia akan simpati pada orang yang disakiti. Itu hati-hati," kata Mahi M Hikmat.

"Jadi kalau memungkinkan, kepala calon itu supaya tidak jatuh di mata publik karena ini apalagi di-close up oleh kameramen pas lagi bertanya atau lagi menjawab, meng-counter pertanyaan, ya senyum saja. Senyum bagian yang penting, yang menunjukkan senyum itu kebijakan, menunjukkan kearifan," tuturnya menambahkan.

Akan tetapi, jika Capres maupun Cawapres justru terlihat 'ngotot' pada saat debat, hal itu justru tidak disukai oleh masyarakat Indonesia. Apalagi, jika lawannya berusia lebih tua.

"Dengan ngotot, itu kebanyakan masyarakat Indonesia tidak suka orang yang ngotot, karena budayanya seperti itu. Apalagi kalau ke orang tua misalnya, anak muda ke orang tua ya jangan ngotot sekali-kali, jangan menjatuhkan, terlepas orang tua salah lah itu sebagainya. Ungkapkan kesalahan itu dengan cara yang bijak," ujar Mahi M Hikmat.

"Nah ini akan kita lihat, mudah-mudahan saya berharap Gibran ini agak lentur ya. Beliau mungkin punya keberanian, lebih muda, tapi ketika menyerang Muhaimin atau Mahfud MD jangan terlalu ngotot. Apalagi kalau ngototnya tidak punya data, ini makin blunder ya. Sudah tidak punya data, ngotot. Jadi pengendalian emosi menjadi sangat penting," ucapnya menambahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat